Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

IKA BINDO UNJ Ingatkan Pejabat Jangan Salah Logika Berbahasa

19 Mei 2020   15:24 Diperbarui: 19 Mei 2020   16:14 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Logika berbahasa makin penting dikedepankan. Akibat maraknya penggunaan bahasa Indonesia yang menyalahi nalar atau logika. Apalagi bahasa yang digunakan pejabat justru memicu kegaduhan. Maka saatnya, pemerintah dan pengguna bahasa Indonesia peduli untuk menata kembali kemampuan logika berbahasa. Agar jangan ada salah logika berbahasa, termasuk para pejabat pemerintah.

Hal tersebut disampaikan dalam Diskusi Daring #2 IKA BINDO UNJ bertajuk “Membangun Logika Berbahasa” melalui Zoom Video Conference (19/05/20). 

Tampil sebagai pembicara 1) Suprianto Annaf, M.Pd., Readktur Bahasa Media Indonesia dan 2) Tri Adi Sarwoko, Dosen dan Mantan Senior Redaktur Bahasa Harian Kontan. Bertindak sebagai moderator Syarifudin Yunus, Ketua IKA BINDO FBS UNJ dan ikuti 43 peserta pemerhati ilmu bahasa Indonesia.

“Logika berbahasa kita bermasalah. Karena siakp politik bahasa nasional bangsa Indonesia tidak tuntas. Maka kualitas berbahasa Indonesia masih bermasalah. Masih banyak logika berbahasa yang tidak tepat” ujar Suprianto Annaf. M.Pd., alumni IKA BINDO Angkatan 1996.

Karena itu, IKA BINDO (Ikatan Alumni Bahasa dan Sastra Indonesia) mengngatkan pengguna bahasa Indonesia. Utamanya pejabat pemerintah, guru dan dosen, serta media massa untuk hati-hati dalam berbahasa. Agar jangan ada salah logika dalam berbahasa. Karena kesalahan logika bahasa akan berdampak pada pemahaman dan penafsiran masyarakat. Lalu jadi kegaduhan baru.

“Karena itu, siapapun harus cermat dalam berbahasa. Cermat pikirannya, cermat bahasanya. Saya masih percaya bahwa bahasa yang baik pasti mencerminkan logika yang baik. Itulah yang menjadi target bahasa Indonesia” ujar Tri Adi Sarwoko, alumni IKA BINDO Angkatan 1986.

Dalam diskusi ini pun dibahas contoh-contoh bahasa yang mengalami salah logika antara lain:

1. Soal “ketinggian air” dan “setinggi lutut orang dewasa” yang tidak tepat saat melaporkan terjadinya banjir.

2. Efek demo di Gedung DPR, jalan-jalan sekitarnya macet total. Judul yang tidak tepat nalarnya.

3. Preman Pondok Gede mau dibasmi polisi. Tidak cermat karena mana ada preman mau dibasmi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun