Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orang Indonesia Durasi Membaca 1 Jam Main Gawai 5 Jam, Artinya Apa?

15 April 2020   08:06 Diperbarui: 15 April 2020   17:04 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan jam baca 3 kali seminggu, rata-rata setiap anak membaca 5-10 buku. Tidak kurang dari 3.500 buku bacaan menjadi santapan anak-anak kampung di taman bacaan ini.

Dengan pengalaman yang telah dimplementasikan, TBM Lentera Pustaka menyebut upaya membangun tradisi baca dan budaya literasi masyarakat harus bertumpu pada 7 (tujuh) tahapan sebagai berikut:

1. Jadikan membaca sebagai kegiatan yang asyik dan menyenangkan. Agar tidak monoton.
2. Tanamkan pentingnya membaca sebagai landasan kehidupan di masa, khususnya wawasan luas, sikap bijak, dan karakter yang baik.
3. Optimalkan tata kelola taman bacaan se-kreatif mungkin. Agar anak-anak betah di taman bacaan.
4. Libatkan partisipasi dan kepedulian warga sekitar di taman bacaan. Agar taman bacaan tidak jalan sendirian.
5. Promosikan aktivitas membaca dan semua kegiatan di taman bacaan di media sosial. Agar orang tahu membaca itu harus dilakukan, bukan diinginkan.
6. Tebarkan dampak positif dan cerita baik tentang anak-anak yang membaca di taman bacaan. Agar taman bacaan tidak diremehkan.
7. Tuliskan pengalamam membaca secara produktif, sedikitkan omongan yang tidak perlu.

Melalui 7 tahapan di atas, insya Allah tradisi baca dan budaya literasi dapat terbentuk. Karena minimal, budaya literasi dicirikan dari konsitensi kegiatan membaca dan menulis.

"Tradisi baca dan budaya literasi orang Indonesia, suka tidak suka, makin ke sini makin memprihatinkan. Maka taman bacaan masyarakat harus bisa jadi ujung tombak dalam membangun dan menguatkan budaya literasi. Agar jangan ada hoaks, jangan ada kebencian. Minimal anak-anak dibiasakan membaca dan menulis. Agar tidak terlindas era digital dan hidup mereka tidak dikendalikan gawai. Demi masa depan anak-anak kita" ujar Syarifudin Yunus, pegiat literasi sekaligus Pendiri TBM Lentera Pustaka yang sedang menulis disertasi S3 tentang taman bacaan.

Sejatinya, tradisi baca dan budaya literasi harus tercermin pada keberhasilan menciptakan perubahan. Baik pada diri sendiri maupun pada lingkungan. Dan untuk itu, taman bacaan bisa mengambil peran lebih besar. Karena siapapun, jauh dari buku maka akan merana. Bila dekat dengan buku maka akan bahagia.

Budaya literasi adalah peradaban manusia. Ketika membaca, ia membangun kebaikan. Ketika menulis, ia mencipta perubahan. Sungguh, tidak ada cinta tanpa kepedulian terhadap tradis baca dan budaya literasi.... #TBMLenteraPustaka #BudayaLiterasi #TradisiBaca #BacaBukanMaen

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun