Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cepat Sembuh ya, Jakarta

27 Maret 2020   10:06 Diperbarui: 27 Maret 2020   10:39 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta, tiba-tiba tersentak lalu terdiam di pojok duka. Ketika wabah virus corona melanda. Virus yang belum ada obatnya, kini menghantui Jakarta. Kota yang super sibuk pun berubah drastis. Sepi walau tidak seperti kota mati. Sekolah diliburkan. Kantor memilih bekerja dari rumah. Pusat hiburan ditutup. Rupiah pun anjlok. Indeks saham meluncur jeblok. Virus corona membuat "langit mendung" menyelimuti Jakarta. Kota megapolitan itu, kini tertunduk malu; terlihat berbeda. Ada takut, panik, dan gundah di dalamnya.

Hari ini pun Jakarta sakit. Entah, seberapa parah sakitnya? Akibat wabah virus corona. Kota berpenduduk 10,5 juta jiwa itu pun meriang. Kota yang didatangi 1,3 juta manusia per hari dari bodetabek pun demam. Dan batuk-batuk ringan walau sebelumnya tanpa gejala.

Jakarta oh Jakarta, kini tiba-tiba sakit. Agak aneh rasanya bila kota ini sepi.

Karena di kota ini gaya hidup berkobar. Gengsi berseliweran. Kompetisi yang tidak mengenal kata istirahat. Kota Jakarta, arena tempat menabuh status sosial, dan sedikit kesombongan. Maklum, 70% pergerakan uang negara ada di kota ini. Kota yang diagung-agungkan. Karena jadi "rumah" bagi 4 perusahaan unicorn bernilai di atas 1 milyar dolar AS. Kota yang dibanggakan. Prestasinya, juara 10 kota termacet di dunia. Dan juara 2 kota besar dengan polusi udara terburuk di dunia.

Saking sakitnya. Hari ini, kota pemilik pasar Tanah Abang yang punya transaksi mencapai Rp 200 miliar per hari pun terpaksa ditutup. Jakarta, sebagian orang menyebutnya kota yang kejam. Karena apapun bisa jadi uang. Bahkan buang air pun bayar. Sekalipun harus bertarung setiap hari, Jakarta tetap jadi kota yang punya daya Tarik tinggi. Pesona dan daya pikatnya meluluhkan mata dan pikiran banyak orang. Tentu, bukan hatinya yang luluh. Siapapun berani bertarung di kota ini. Walau harus berhadapan dengan macet, banjir, berdesakan di transportasi umum, capek di perjalanan. Bahkan ikhlas untuk pergi gelap pulang gelap. Jakarta, bolehlah dibilang kota dewa.

Tapi siapa sangka. Saat virus corona Covid-19 datang. Jakarta pun sakit. 

Wabah penyakit yang menular begitu cepat. Tanpa bisa tahu siapa yang menularkan dan siapa yang ditularkan. Kota yang kini sedang meriang. Karena 51% kasus positif virus corona ada di kota ini. Bahkan 62% korban meninggal dunia pun ada di kota yang punya lebh dari 130 mal. Kota Jakarta, memang jadi epicentrum segalanya. Kota yang paling fanatik urusan politik. Kotanya orang-orang pintar. Tapi sayang, kota Jakarta kini sedang sakit.

Mungkin, ini bisa jadi momentum kota Jakarta.

Untuk mengurangi tingkat polusi. Untuk sedikit membuat kualitas udara lebih baik. Untuk berpikir sejenak dan introspeksi. Bahwa kota ini tidak melulu kaya. Melainkan kota yang tetap fakir dalam kuasa-Nya. Kota yang juga butuh istirahat dari hiruk pikuk yang dibuat penghuninya.

Jakarta hari ini sedang sakit. Jakarta pun jadi sepi.

Tapi Jakarta dan warganya pun kini tengah berjuang untuk sembuh. Walau hanya dengan social distancing, work from home atau #DiRumahAja. Kota yang berjuang keras untuk pemulihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun