1. Ada salam literasi
2. Ada doa literasi
3. Ada senam literasi
4. Membiasakan membaca bersuara
5. Ada Laboratorium Baca tiap hari Minggu; untuk pemahaman dan motivasi anak-anak
6. Ada event bulanan, dengan mendatangkan "tamu dari luar" untuk motivasi.
7. Ada "jajajan kampung" gratis setiap bulan.
Bahkan kini, di TBM Lentera Pustaka tersedia fasilitas WiFi gratis tiap Sabtu dan Minggu, pelajaran komputer, dan kebun baca Lentera Pustaka sebagai sarana untuk mmebaca di ruang terbuka dan bercocok tanam. Dengan mengusung motto #BacaBukanMaen, TBM Lentera Pustaka terus berkomitmen dan konsisten dalam menegakkan tradisi baca dan budaya literasi masyarakat.
"Konsep TBM-Edutainment saya gagas agar mampu menjadikan taman bacaan sebagai center dari edukasi dan entertainment untuk anak-anak. Hal ini sebagai penyesuaian terhadap era digital dan milenial. Maka harus ada cara yang kreatif dan beda untuk menghidupkan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak. Membaca harus asyik dan menyenangkan" tambah Syarifudin Yunus, alumni peraih UNJ Award 2017 ini.
Satu hal yang selalu diperjuangkan Syarifudin Yunus. Bahwa mengelola taman bacaan butuh kolaborasi dengan rakan-rekan yang peduli atau korporasi yang "concern" terhadap tradisi baca dan budaya literasi anak. Karena itu, setiap tahun, TBM Lentera Pustaka selalu mengajak kalangan korporasi untuk menghibahkan dana CSR ke taman bacaan yang relatif tidak besar. Hanya untuk membeli buku bacaan baru dan operasional program taman baca. Termasuk bekerja sama dengan relawan tetap dan tidak tetap untuk membimbing anak-anak dalam membaca.
Maka ke depan, tradisi baca dan budaya literasi sudah pasti hanya bisa tegak bila didukung oleh banyak pihak; aparatur, masyarakat, kaum yang peduli atau relawan, donatur, dan korporasi. Semua pihak harus peduli tradisi baca dan budaya literasi. Karena kepedulian sosial bukanlah sekadar niat baik tapi harus diwujudkan dalam aksi nyata. Perilaku nyata untuk terjun langsung ke lapangan secara konsisten.