Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Edukasi Bukan Aturan, Cegah Wabah Virus Corona di Jakarta

16 Maret 2020   10:56 Diperbarui: 16 Maret 2020   11:02 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: WhatsApp Grup

Begini ya bro dan sis. Bila boleh berpendapat, mencegah wabah virus corona sebaiknya memperkuat edukasi. Iya, edukasi atau upaya memengertikan masyarakat secara lebih masif dan intens. Bila sudah ter-edukasi, baru kemudian bikin aturannya. Jangan sampai aturan dibuat malah tidak efektif atau bahkan kontraproduktif.

Coba saja lihat di DKI Jakarta hari ini. Saat aturan pembatasan transportasi umum yang hanya daei pukul 06.00---18.00 WIB. Bahkan aturan koridor TransJakarta dibatasi hanya 13 rute yang beroperasi dari sebelumnya 240 rute. Alhasil, stasiun MRT dan halte TransJakarta malah jadi membludak. Melimpah ruah ke jalan-jalan. Jarak antar manusia pun jadi malah lebih dekat. Lebih rapat.

Katanya kita disuruh "social distancing", disuruh jaga jarak dengan manusia lain. Agar penyebaran virus corona tidak massif atau menurun. Namun realitasnya hari ini, kok malah di stasiun MRT atau di halte busway malah justri "berisiko tinggi". Aturan niatnya, menghentikan penyebaran penyakit menular. Tapi yang terjadi, malah berpotensi penyakit mudah tertular.

Mungkin bisa diterima bisa tidak. Anggap saja sekadar opini. Soal wabah virus corona ini, saya kok lebih melihat pentingnya memperkuat "edukasi" daripada membuat "aturan". Bukannya aturan tidak perlu. Tapi aturan itu dibuat setelah masyarakatnya ter-edukasi dengan baik. Misalnya saja, sebagai edukasi buat masyarakat terkait virus corona:

1.Siapapun, masyarakat manapun, orang kerja atau tidak, perlu sadar dan peduli bahwa virus corona ini sudah mewabah. Maka hindari pusat keramaian atau aktivitas yang melibatkan banyak orang. Agar tidak tertular atau menularkan.

2.Semua orang asing atau expat edukasi untuk "sementara waktu" swakarantina, tidak perlu kemana-mana jika perlu cek kesehatan; negatif atau positif corona.

3.Masyarakat atau pekerja yang "kurang enak badan" sebaiknya tidak memaksakan diri untuk keluar rumah. Lebih baik cek kesehatan atau diam di rumah saja.

4.Kantor-kantor perlu menyiapkan protokol atau tata cara bekerja dari rumah; atasan perintahkan saja apa yang harus dikerjakan melalui email, WA atau teleconference.

5.Bila imbauan selalu diabaikan, maka beri tahu dampak dan konsekuensinya dari mewabahnya cirus corona.

Ya, tentu masih banyak lagi cara edukasi masyarakat akan wabah virus corona. Sekali lagi, edukasi biar bagaimana pun lebih penting daripada aturan. Atau paling minimal, aturan dibuat selalu diikuti upaya edukasinya. Jadi, edukasi tetap lebih penting daripada aturan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun