Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filosofi Nanas, Tetaplah Berdiri Tegak

9 Maret 2020   14:43 Diperbarui: 9 Maret 2020   14:52 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebun Baca Lentera Pustaka. Dokpri

Siapa yang tidak tahu buah nanas?

Pasti semua tahu kan. Bahkan banyak orang suka buah nanas. Sekalipun daunnya berduri. Tapi buahnya terasa manis. Asal tahu cara mengupasnya. Apalagi nanas madu, wow nikmatnya luar biasa. Nanas, ada yang menyebut buah nenas atau ananas. Ahh, tentu boleh-boleh saja.

Tapi di zaman bow. Banyak juga orang yang tidak tahu filosofi nanas. Sebuah filosofi yang mengajarkan manusia untuk "berdiri tegak" dalam keadaan apapun. Dan memang buah nanas itu bentuknya selalu berdiri tegak. 

Saking tegaknya, buah nanas yang berwarna kuning itu jadi lebih kontras dengan daun-daun di sekitarnya. Warnanya cerah. Seolah jadi titik terang di antara dedaunan hijau gersang. Nanas itu tetap cantik meski berada di tempat gersang.

Seperti hidup manusia. Sikap untuk selalu berdiri tegak itu penting. Tetap fokus pada pekerjaan baik yang dilakukan. Tanpa pedulikan orang-orang yang nyinyir atau berprasangka buruk. Karena dalam hidup, pasti ada orang-orang yang gak suka atas sikap kita. Itu biasa. Lagi pula, gak mungkinlah kita harus entertain semua orang. 

Siapa sih orangnya yang bisa bikin semua orang senang. Maka, jalani saja yang baik dan tetaplah berdiri tegak. Itu yang orang bijak bilang "istiqomah", senantiasa konsisten dalam kebaikan. Buah nanas juga begitu. Nanas harus tetap tumbuh sekalipun berada di tempat yang tidak menyenangkan.

Seperti mengupas nanas pun gak mudah. Karena mata-nya banyak. Bila tidak bersih, bisa bikin gatel. Jadi mengupas nanas itu, butuh ketelitian dan kewaspadaan. Bila tidak, ehmm bisa tersayat pisau. Sakit jadinya. Virus corona juga butuh waspada bukan panik atau hoaks. Buah nanas juga bisa jadi simbol. Bahwa rasa manisnya harus sebanding dengan perjuangan mengupasnya.

Seperti saya yang mengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor. Sejak didirikan 3 tahun lalu, kini setidaknya ada 60 anak usia sekolah yang akti membaca. Secara rutin, mereka 3 kali seminggu membaca di taman bacaan. Bahkan bisa mencapai 5-8 buku per minggu. 

Sebagai pegiat literasi, saya hanya ingin tidak ada lagi anak-anak putus sekolah di desa itu. Dengan rajin baca, maka mind set dan pengetahuan bertambah. Sehingga tidak mau putus sekolah. Maklum, selama ini di Kampung Warung Lia Kaki Gunung Salak rata-rata tingkat pendidikannya 81% ada di level SD.

Ada banyak tantangan mengelola taman bacaan. Sebut saja misalnya. Orang tua yang kemudian melarang anaknya membaca di taman bacaan padahal di anak sudah pernah membaca di situ. Belum lagi, orang-orang yang tidak suka adanya taman bacaan di wilayah tersebut. Belum lagi soal sulitnya "ringan tangan" untuk peduli dan bersosial demi taman bacaan. Maka siapapun yang mengelola taman bacaan atau jadi pegiat literasi, tetaplah berdiri tegak. Demi terciptanya tradisi baca dan budaya literasi anak-anak di kampung.

Filosofi nanas. Ajakan untuk kita berdiri tegak dalam keadaan apapun. Tapi di negeri ini, aneh. Kenapa buah nanas dikonotasikan untuk menggugurkan kandungan? Aneh, kalo mau digugurin kenapa dibikin ya. Ada juga orang yang makan gorengan baru mateng, bilangnya "nanas". Kayak orang pelo. Udah tahu panas, main langsung telan aja jadilah "nanas".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun