Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orang-orang Galak

15 Februari 2020   08:27 Diperbarui: 15 Februari 2020   08:28 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang kawan saya bercerita. Katanya punya teman akrab tapi galak. Orangnya mudah marah, gampang meletup-letup. Emosional gitu, katanya. Hampir setiap hari, bertutur tentang kemarahan, hujatan, bahkan caci maki. Siapapun dianggap salah. Mulai dari orang lain yang tidak kenal, orang lain dikenal, bahkan negara pun digalakin. Katanya, semuanya gak becus. Harusnya begini, harusnya begitu kata si kawan saya yang galak itu.

Saya pun gak punya saran. Hanya mendengarkan. Sambil berpikir dan bertanya, "kenapa harus galak ya?"

Memang bisa jadi, orang galak makin banyak di zaman now.

Orang-orang yang temperamen. Dan tidak boleh melihat orang lain berbuat kesalahan sedikitpun. Apalagi bila orang lain itu beda pendapat, beda pilihan. Semua disikapi dengan galak. Tanpa peduli yang penting galak. Lupa pada kelembutan, lalai pada kesantunan. Hingga menyurus deras dari karakter pribadi hingga ke lini masa media sosial.

Orang-orang galak. Semuanya harus sama dengan yang diinginya, harus sama dengan apa yang dipikirkannya. Di mata orang galak, tidak ada istilah "bila gak bisa sama kenapa gak boleh beda?". Orang galak yang selalu memaksa kehendak. Mudah nyolot, gampang menyalahkan orang lain. Lalu lupa, bahwa manusia adalah makhluk yang tidak sempurna. Orang galak pun menyalak.

Orang-orang galak. Sedikit-dikit marah. Sebentar-sebentar berteriak. Samnbil "menuduh" orang-orang tidak sepaham atau yang tidak disukainya salah. Saking galaknya, sesuatu yang tidak perlu diributkan malah diributkan. Sambil menebar kebencian, mengumbar hujatan ke sana ke sini. Orang-orang galak sulit untuk berhenti menyalak.

Orang-orang galak itu kadang lupa.

Bahwa mereka sudah dirasuki pikiran buruk, prasangka yang negatif. Apapun yang diperbuat orang lain bahkan negaranya salah. Apapun yang diperbuat orang yang tidak disukainya pasti salah. Orang galak lupa. Menurut hukum manusia itu, orang yang dituduh itu adalah "benar" alias tidak bersalah. Tapi sayang, kata orang galak "orang yang tertuduh itu dianggap bersalah hingga terbukti kebenarannya". Buat orang galak "kebenaran" itu ada di tangan mereka, bukan di tangan Tuhan.

Walau tidak tahu banyak tentang suatu hal. Atau tidak punya bukti yang cukup. Orang galak bilang lebih baik menyangka terlebih dulu. Lebih baik menuduh daripada membiarkan, begitulah motto orang galak. Pokoknya, orang yang gak disuka harus salah, apapun caranya.

Lagi-lagi, orang galak. Bila tidak sama maka tidak boleh beda, katanya.

Kebenaran hanya menurut versinya sendiri. Dia peduli pada urusan sendiri. Obsesinya atau harapannya harus tercapai. Dan realitas yang tidak sesuai dianggap bukan kenyataan. Boro-boro peduli pada orang lain. Orang galak hanya ingin, pikirannya benar dan jadi kenyataan. Walau itu hanya sebatas mimpi...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun