Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Taman Bacaan Lentera Pustaka Hidupkan Tradisi Antre Anak-anak

19 Januari 2020   21:37 Diperbarui: 19 Januari 2020   21:42 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi antre disinyalir sudah mulai hilang di era digital ini.

Banyak orang lebih memilih untuk cari "cara cepat" untuk sampai ke tujuan. Instan dalam meraih sesuatu yang diinginkan. Mungkin, mengantre dianggap aktivitas yang menjemukan. Bahkan tidak mengenakkan bagi sebagaian besar orang. Apalagi yang berpangkat atau yang merasa tinggi. Wajar bila akhirnya, orang berebut untuk buru-buru. Sehingga tradidi antre jadi terabaikan.

Tradisi antre bisa jadi sudah mulai hilang. Karena hari ini, banyak orang sudah tidak mau lagi berdiri berderet-deret; memanjang sambil menunggu untuk mendapat giliran. Dalam hal apapun, untuk keperluan apapun. Bahkan tidak sedikit orang yang sudi "membayar" orang bila terpaksa haru antre.

Maka benar anekdot yang menyatakan "seorang anak hanya butuh waktu singkat untuk bisa menguasai ilmu matematika. Tapi butuh waktu bertahun-tahun untuk memiliki budaya antre. 

Berangkat dari realitas itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka telah menjadikan budaya antre sebagai adab yang dipelihara. Melalui event bulanan bertajuk "Membaca di Alam" hari ini, Minggu 19 Januari 2020, sekitar 40 anak-anak pembaca aktif Taman Bacaan Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor tetap melatih tradisi antre. 

Hebatnya, tradisi antre yang diajarakn tidak melalui ceramah. Tapi langsung praktik dengan menerapkan "jajanan kampung gratis" seperti baslok, cincau dan sebagainya. 

Seusai mengikuti senam literasi, bermain games, dan membaca di alam di Sungai Ciherang, anak-anak TBM Lentera Pustaka langsung antre untuk menikmati jajajan kampung gratis.

Dibimbing langsung oleh Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepela Program TBM Lentera Pustaka, anak-anak usia sekolah yang selalu membaca seminggu 3 kali ini menjadikan tradisi antre sebagai adab yang harus dijunjung tinggi. Selain tradisi antre, anak-anak TBM Lentera Pustaka pun diajarkan adab-adab lainnya, seperti 1) memberi salam, 2) cium tangan, dan 3) berdoa sebelum membaca.

"Selain menjadi tempat membaca secara rutin, anak-anak TBM Lentera Pustaka memang dilatih untuk memiliki adab antre, salam, cium tangan, dan berdoa. Dan setelah 2 tahun berjalan, semua itu sudah menjadi nilai-nilai yang melekat dalam diri mereka. Adab inilah yang perlu diajarkan di era yang katanya semakin canggih, di era digital" ujar Syarifudin Yunus yang ikut mengantre bersama anak-anak.

Tradisi antre menjadi penting dilatih pada diri anak-anak. Karena dengan antre, maka anak-anak diajarkan untuk saling menghormati hak orang lain. Bahwa yang paling depan adalah yang datang duluan. Maka antre melatih disiplin, di samping tidak boleh menyerobot hak orang lain. 

Harus malu bial tidak antre tapi mau duluan. Melalui tradisi antre, anak-anak TBM Lentera Pustaka diajarkan untuk memahami filosofi antre, yang terdiri dari: 1) antre mengajarkan kesabaran, 2) antre mengajarkan kesetaraan, 3) antre mengajarkan kedisiplinan, dan 4) antre mengajak siapaun untuk lapang dada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun