Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup Anda Itu Senang atau Bahagia?

19 Januari 2020   09:06 Diperbarui: 19 Januari 2020   09:17 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila ditanya, Anda ingin hidup senang atau bahagia?

Pasti jawabannya, ingin senang dan bahagia. Tapi bila ditanya kembali, apakah Anda ingin hidup menderita atau sengsara? Pasti pula jawabnya, tidak ingin keduanya. Berarti jelas, hidup senang dan bahagia adalah dambaan setiap orang. Bahkan anak TK pun mau hidup senang dan bahagia.

Senang dan bahagia, sering dianggap banyak orang sama. Senang ya bahagia. Bahagia ya senang. Boleh-boleh saja. Tapi sesungguhnya, senang dan bahagia berbeda. Tidak sama antara senang dan bahagia. Karena senang bisa dirasakan oleh binatang maupun manusia. Tapi bahagia hanya dirasakan oleh manusia. Maka kesenangan tidak butuh akal. Tapi kebahagiaan sangat butuh akal sehat. Cukup jelas ya.

Nah biar lebih jelas. Kesenangan itu lebih bersifat fisikal alias material. Sedangkan kebahagiaan bersifat intelektual dan spiritual walau melibatkan fisikal. Kesenangan bersifat sesaat, sedangkan kebahagaian biasanya bertahan lama. 

Saat Anda melihat pemandangan indah, menikmati lezatnya makanan, hingga gemar mencium bau wewangian itulah kesenangan. Karena perasaan senang datang dari faktor eksternal. Sedangkan bahagia lahir dari dalam diri Anda sendiri. Karena melibatkan intelektual dan spiritual. Seperti berbagi kepada anak-anak yati, mengajak anak-anak membaca, hingga mengajar kaum buta huruf itulah kebahagiaan. Jadi jelas beda, antara kesenangan dan kebahagiaan. Dan Anda berhak memilihnya, bahkan meraih keduanya bila mampu.

Bila Anda mampu mengaktualisasikan intelektual dan spiritual, itulah kebahagiaan. Sementara bila Anda mampu melampiaskan yang berbau fisikal atau material, itulah kesenangan.

Sebagai contoh. Saya sebagai pegiat literasi secara rutin setiap hari Minggu berada di kaki Gunung Salak Bogor.  Untuk mengajar 60-an anak usia sekolah yang terancam putus sekolah untuk membaca di Taman Bacaan Lentera Pustaka dan mengajar 10 ibu-ibu buta aksara sama sekali bukan kesenangan. 

Sekalipun jauh lokasinya, aktivitas mengajar anak-anak di taman bacaan dan ibu-ibu buta aksara karena saya bahagia mengerjakannya. Di situ ada aspek intelektual dan spiritual, bukan hanya soal fisik material.

Banyak orang yang "senang" membicarakan orang lain sambil merendahkannya. Tapi sedikit orang yang "bahagia" untuk meninggikan orang lain yang memang punya kelemahan. Maka terkadang, tipis perbedaaan senang dan bahagia.

Di zaman now, banyak orang gampang mengumbar "kesenangan sesaat" atau instant gratification. Karena gagal menunda kesenangan hari ini atau delaying gratification untuk masa depan yang bahagia.

Urusan politik, kekuasaan dan segalanya yang bersifat duniawi itu hanya "kesenangan sesaat". Lalu mengapa harus membenci, menghujat atau memusuhi orang yang tidak disukai padahal tidak pernah memberi makan? Maka rusaklah "kebahagiaan hakiki" yang harusnya dimiliki seseorang. Manusia itu pasti "bangkrut" bila memaksakan kesenangan sesaat. Manusia itu "gagal" bila menghindari kebahagiaan yang hakiki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun