Akibat banjir, tidak kurang dari 2 karung buku, diktat, modul, dan paper saya tenggelam. Persis seperti kopi saya yang hanyut, mungkin seperti mobil-mobil dan perabotan yang dihempas arus air.Â
Tidak ada keluhan tidak ada benci, saya menerima dengan ikhlas dan penuh tawakal. Buku-buku yang tenggelam. Terhempas oleh banjir.
Buku-buku yang luluh-lantak dalam dekapan air. Buku-buku yang terendam banjir. Saya serahkan semua untuk alam semesta. Untuk bumi tempat berpijak yang saya cintai, lagi saya jaga muamalahnya.Â
Hujan dan banjir itu tidak pernah mengutuk dirinya untuk turun. Seperti gelap pun tidak pernah mengutuk takdirnya. Meski selalu dihina, dibenci bahkan dihindari. Tapi, itu bukti mereka ikhlas menerima jalannya.
Tidak perlu ada yang disalahkan. Apalagi menghakimi orang lain. Semua yang terjadi adalah realitas. Maka saya pun ikhlas buku-buku, diktat, modul itu "pergi". Agar saya tetap istiqomah dan tawakal kepada-Nya dalam setiap amalan.Â
Karena berkah adalah rakmat bagi yang ikhlas. Hadiahi kami dengan itu semua, Yaa Robb. #BudayaLiterasi #PegiatLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H