Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pak Nadiem, Jangan Takut Revitalisasi Pendidikan Indonesia

25 Oktober 2019   20:41 Diperbarui: 25 Oktober 2019   20:49 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisa kaget bisa tidak. Saat Nadiem Makarim ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Kabinet Indonesia Maju 2019-2024. Mau dibawa kemana pendidikan Indonesia di bawah arahan mantan bos Gojek itu? Mungkinkah, inovasi spektakuler yang digenggam Nadiem mampu mengangkat kualitas dan prestasi pendidikan di Indonesia?Apalagi di tengah gencatan era revolusi industri 4.0 yang sulit dielakkan.

Sementara di sisi lain, dunia pendidikan terus-menerus dirundung kekhawatiran. Bila tidak mau disebut memprihatinkan. Belum lama, seorang guru SMK Ichtus di Manado tewas akibat tikaman siswanya. Akibat ditegur saat merokok. Anggaran pendidikan yang 20% pun belum mampu mengangkat kualitas pendidikan anak-anak bangsa.  Cara-cara guru mengajar pun belum banyak berubah. Maka wajar, kurikulum dan sistem belajar pun seperti "jauh panggang dari api", masih belum sesuai harapan. Maka patut diduga, dunia pendidikan seakan belum mempersiapkan "mind set" dan orientasi konkret dalam mengantisipasi era revolusi industri 4.0. Dapat disinyalir, dunia pendidikan di Indonesia masih terkekang oleh sistem yang belum mampu menampung perubahan sesuai tuntutan revolusi industri.

Sementara era revolusi industri 4.0 kini bukan lagi isapan jempol. Bahkan tidak bisa lagi dijawab melalui kegiatan seminar atau diskusi. Butuh aksi nyata untuk menyeimbangkan dinamika revolusi industri generasi ke-empat yang berbasis teknologi informasi dengan praktik pendidikan di lapangan. Pendidikan harus mampu menjawab tantangan proses revolusi yang telah mengubah hidup dan kerja manusia. Hal-hal yang dulu dipikir tidak mungkin, hari ini semuanya menjadi mungkin. Inilah tantangan yang harus digeber Nadiem Makarim sebagai Mendikbud RI ke depan.

Teknologi dan big data adalah ciri dan dimensi yang akan mempengaruhi kehidupan manusia ke depan. Seluruh aspek kehidupan akan mengarah pada digitalisasi. Suka tidak suka, ekosistem industri digital sudah di depan mata. 

Revolusi industri menjadi sebab utama berubahnya peradaban dan perilaku manusia. Lalu, bagaimana dunia pendidikan mengantisipasi dinamika revolusi industri 4.0? 

Jangan sampai, pendidikan yang seharusnya mencetak produk pendidikan justru tertinggal jauh dari mesin atau teknologi digital. Menuju era pendidikan 4.0 kini menjadi isu penting dunia pendidikan. Sebuah era pendidikan yang berbasis kompetensi dan kreativitas.

Harus diakui, mencari cara untuk membenahi dunia pendidikan di Indonesia tidak mudah.  Dunia pendidikan bukan hanya dihadapkan pada tantangan besar. 

Tapi juga ancaman akibat gempuran era digital yang kian masif. Berharap adanya kualitas pendidikan di Indonesia bisa jadi masih angan-angan. Terlalu banyak batu sandungan, membuat dunia pendidikan terus-menerus jadi polemik. Mulai dari soal kekerasan di sekolah, dilema praktis kurikulum, kualitas guru, model pembelajaran, plagiasi, hingga korupsi di dunia pendidikan. 

Era pendidikan 4.0 mutlak harus direalisasikan. Pendidikan harus mampu merespon dengan cepat era otomatisasi, digitalisasi, dan kecerdasan buatan. Maka jawabnya, era pendidikan 4.0 yang berbasis kompetensi dan kreativitas-lah yang mampu mengimbangi laju revolusi industri 4.0.

Era pendidikan 4.0 adalah momentum semua pihak untuk berpikir ulang tentang cara memajukan pendidikan Indonesia. Pendidikan harus dipandang sebagai ikhtiar kolektif seluruh bangsa. 

Pendidikan tidak bisa dipandang sebagai sebuah program pembelajaran semata. Karena pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak, tanpa terkecuali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun