Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pacu Menulis Siswa dan Literasi Sekolah, SMAN 51 Jakarta Gelar Seminar Kebahasaan

23 Oktober 2019   21:42 Diperbarui: 23 Oktober 2019   21:47 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai komitmen meningkatkan kemampuan menulis siswa dan gerakan literasi sekolah, SMAN 51 Jakarta melalui kegiatan Sabusa Fair 2019 menggelar Seminar Kebahasaan bertajuk "Kreatif Karena Menulis" yang menghadirkan narasumber Syarifudin Yunus, Penulis dan Pegiat Literasi sekaligus Dosen Universitas Indraprasta PGRI pada Rabu, 23 Oktober 2019.

Diikuti 120 siswa, acara yang digelar dalam rangka Bulan Bahasa 2019 ini dibuka oleh Susila Hartono M.Pd., Kepala Sekolah SMAN 51 didampingi oleh Siti Komariah, M.Pd. selaku Kerua Panitia. Kegiatan ini diharapkan mampu menggenjot siswa untuk terbiasa menulis, bahkan melahirkan karya yang berkualitas, apapun bentuknya.

"Kegiatan seminar menulis ini penting untuk mengoptimalkan gerakan literasi sekolah, di samping dapat memacu kemampuan siswa kami dalam menulis. Ke depan, kami ingin siswa SMAN 51 bisa berprestasi dalam aktivitas menulis, literasi sekolah termasuk ikut serta dalam lomba penulisan" ujar Susila Hartono saat membuka acara.

Syarifudin Yunus selaku narasumber dan pengalamannya dalam menulis pun membimbing siswa untuk langsung menulis secara mudah. Tujuannya, agar siswa SMAN 51 menjadikan menulis sebagai perilaku. Bukan hanya pelajaran. Dan terbukti, sebagian besar siswa SMAN 51 pun sangat antusias untuk menulis dalam menuangkan ide dan gagasannya. Karena hakikatnya, tulisan hanya bisa terwujud bila ditulis, bukan dipikirkan.

Melalui seminar  ini, diajak praktik menulis. Dengan mencari 1 kata yang disukainya berdasar sumber tulisan seperti 1) pengetahuan, 2) pengalaman, dan 3) perasaan. Setelah itu siswa SMAN 51 Jakarta "dipaksa" menuangkan ke dalam satu paragraf dan membacakan hasil tulisannya.

Maka untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa dan literasi sekolah, Syarifudin Yunus menyajikan langkah menulis yang paling mudah adalah 1) menulis dari sekarang, 2) menulis yang banyak, 3) menulis sebagai kebiasaan, 4) menulis dengan tujuan, dan 5) menulis hingga tuntas.

"Luar biasa, acara ini membuktikan setiap siswa bisa menulis. Asal dipandu dengan cara sederhana dan menarik. Kegiatan literasi seperti inilah yang harusnya terus dilakukan di sekolah. Sehingga siswa bisa lebih baik dalam menulis" ujar Syarifudin Yunus seusai acara.

Hal ini menjadi bukti bahwa siswa SMAN 51 sebagai generasi milenial pun mampu menulis dengan baik bila dilatih dan dibiasakan. Sebagian besar siswa peserta seminar berhasil membuat tulisan sesuai kemampuan berbahasa yang dimilikinya.

Maka menjadi penting, setiap sekolah dapat memberi ruang ekspresi siswa agar lebih terbiasa menulis. Karena hakikatnya, kegiatan literasi sekolah dapat berjalan manakala siswa dilatih untuk berani menulis. Kegiatan literasi seperti yang dilakukan Sabusa Fair SMAN 51 Jakarta ini menjadi bukti pentingnya membangun budaya literasi yang kuat di sekolah.

SMAN 51 Jakarta menyadari bahwa budaya literasi harus dimulai dari siswa. Sehingga nantinya, akan membentuk budaya membaca dan menulis antara satu siswa dan siswa lain. Dengan demikian, budaya literasi di sekolah akan semakin meningkat. 

Sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan setidaknya mampu menjadi miniatur masyarakat dalam kegiatan literasi. Karena itu, tradisi membaca dan menulis harus ditumbuhkan lebih konkret di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun