Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Negara Dianggap Musuh, Manusia yang Belum Kelar dengan Diri Sendiri

5 Oktober 2019   10:44 Diperbarui: 5 Oktober 2019   11:16 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari-hari belakangan, Negara ini makin gak asyik.

Demo di mana-mana dan terus-terusan. Kebakaran hutan dijadikan komoditi. Hampir semua yang gak benar dan gak becus, Negara yang disalahkan. Orang-orang zaman now, banyak yang jadikan "negara sebagai musuh". Entah, apa gerangan sebabnya?

Gaya manusia boleh sebakul. Gawainya pun canggih. Bahkan zamannya pun boleh serba digital. Omongannya revolusi industri. Tapi saying, pikirannya masih ortodoks. Dikit-dikit, yang disalahkan Negara. Negara dianggap musuh. Itulah sikap dan perilaku nyata dari "manusia yang belum kelar dengan diri sendiri".

Celotehnya banyak.  Komentarnya bejibun. Tapi semuanya hanya menyalahkan Negara.

Manusia yang yang gemar dan peduli sama urusan yang remeh-temeh. Urusan kecil yang dibesar-besarkan. Urusan cuma soal salah paham di dalam negeri katanya dari luar negeri. Dan akhirnya, Negara salah melulu. Dia sendiri benar terus. Sungguh, manusia yang belum kelar dengan diri sendiri.

Belum kelar dengan diri sendiri.

Adalah fakta, banyak orang seperti itu sekarang. Dan "belum kelar dengan diri sendiri" gak ada hubungannya sama pangkat atau jabatan. Apalagi status sosial dan harta. Karena itu soal mentalitas dan cara berpikir manusianya. Soal orang-orang yang "sangat mampu" menunjuk orang lain sebagai "biang kerok". Tapi "gagal" menunjuk dirinya sendiri; sudah berbuat apa agar gak jadi masalah?

Di mata orang-orang yang belum kelar dengan diri sendiri. Negara selalu jadi musuh. Orang lain di luar dirinya dianggap sebagai lawan. Sebabnya, karena dia "belum kelar dengan dirinya sendiri".

Manusia, siapapun, bila belum kelar dengan dirinya sendiri.

Sudah pasti, pikirannya jelek. Celotehannya buruk sangka. Negara dianggap musuh; orang lain dianggap lawan. Lebih banyak pesimis lalu skeptis. Karena mereka "tidak sedang berpijak di bumi". Tapi mereka sedang "hidup dalam mimpi dan harapan mereka". 

Konsekuensinya, masalah kecil dianggap besar. Masalahnya ada di diri sendiri. Tapi dianggap masalah akibat orang lain. Tiap kali di Negara ini ada masalah, diekspos dan dicaci-maki atas nama kritik.Sebut saja, belum kelar dengan diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun