Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Panggil Saya, Tukang Ngopi

16 Agustus 2019   08:29 Diperbarui: 16 Agustus 2019   08:50 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panggil saya, tukang ngopi... Itu sudah cukup.

Sob, kamu udah ngopi pagi belum?
Jangan lupa ngopi dulu. Karena dosa dari meninggalkan kopi di pagi hari itu setara dengan menghujat pemimpinnya sendiri tiada henti. Atau sama dengan menghebat-hebatkan pilihannya serasa dah jadi tuhan. Jadi, ngopilah dulu...

Ngopi pagi dulu aja.
Biar agam rileks, dan realistis. Karena tukang ngopi dah biasa kok, dilayani jutek gak masalah. Apalagi dlayani sopan, pasti oke-oke saja. Persis kayal temen ngopi. Ada yang ngeselin ada yang ngangenin. Ngopi itu kadang kayaka politik. Awalnya pahit tapi ujungnya manis.

Ngopi pagi itu nikmatnya, bukan maen.
Tentu bukan karena aromanya. Juga bukan karena harga. Tapi karena suasananya, karena perasaannya tukang ngopi. Plong dan bergairah. Kok bisa gitu? Iya, karena kopi itu gak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya. 

Di hadapan kopi kita semua sama. Begitu juga di dunia politik. Kalo gak suka, gak usah diikutin. Kalo suka ya silakan diikutin. Gak susah kan... Asal jangan koar-koar mulu aja.

Ngopi pagi dulu aja.
Karena ngopi pagi itu mengajarkan kepada kita. Apa yang terjadi itu tidak lebih penting dari sikap kita atas kejadian itu sendiri. Karena tukang ngopi sangat paham. 

Bahwa kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Bukan karena orang lain; bukan dipengaruhi orang lain. Biarkan saja bila ada orang lain tidak baik. Asal tukang ngopi tetap baik...

Apalagi kopi hitam, kegemaran saya.
Hitam itu tidak selalu kotor dan pahit; hitam tidak selalu menyakitkan. Tapi hitam itu simbol. Bahwa kita masih sehat. Bisa tahu, mana hitam mana putih. Maka gak perlu terpengaruh atau ingin mempengaruhi.

Ngopi pagilah dulu.
Agar tetap rileks. Kan pilpres udah kelar. Emangnya lagi yang mau diributin. Untuk apa ngomel-ngomel di medsos. Untuk apa berceloteh dan komen gak ada ujungnya. Sementara sama sekali tidak ada yang bisa dilakukan. Emang, kalo orang lain salah, situ pasti benar?

Ngopi pagilah dulu. Agar bisa tetap sejuk di tempat yang panas. Agar tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar. Agar tetap tenang di tempat gaduh sekalipun.

Nikmatilah seteguk kopi pagi. Karena di situ ada kehangatan. Seperti matahari yang tiap pagi terbit. Tanpa peduli, suka atau tidak suka. Seperti matahari, bahwa kopi itu punya kelebihan tanpa perlu dibicarakan. Kopi juga punya kekurangan, tanpa perlu diperdebatkan. Sangat manusiawi, bila ada kelebihan pasti ada kekurangan. Kalo punya plus pasti punya minus. Jadi, ngopi aja dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun