Tradisi akademis, bukan melulu soal kepintaran dan kecerdasan. Tradisi akademis pun butuh suasana dan lingkungan yang kondusif. Termasuk para mahasiswa, khususnya program Doktor - S3 pascasarjana di manapun kampusnya. Belajar dan merevitalisasi tradisi akademis berbasis kebersamaan. Itulah spirit yang sangat dibutuhkan di era digital seperti sekarang.
Jangankan di masyarakat atau di media sosial, dunia kampus pun sering dihadapkan pada kondisi kurang harmonisnya hubungan antara sesama sivitas akademika. Baik antara sesama dosen, antarmahasiswa, bahkan kampus dan civitasnya. Itu semua bagian dari demokrasi ala kampus. Tapi satu hal yang tidak boleh hilang di dunia kampus adalah kebersamaan akademis; sikap dan perilaku belajar yang menegaskan bahwa kita tidak sendiri. Kita ada karena bersama-sama.
Berangkat dari realitas itulah, mahasiswa Program Doktor - S3 Manajemen Pendidikan kelas 18KS2 Pascasarjana Unpak bertekad memelihara kebersamaan akademis selama kuliah. Agar dapat menyelesaikan studi tepat waktu di tahun 2021. Meraih ilmu yang bermanfaat bagi banyak orang dan bisa diimplementasikan bagi kemaslahatan organisasi dan masyarakat. Memupuk kebersamaan akademis dalam balutan kuliah; mengerjakan tugas individu, membuat paper, presentasi hingga memfinalkan judul disertasi. Sekitar 23 mahasiswa yang kebetulan dosen Unindra giat kuliah dalam kebersamaan akademis untuk satu tujuan, yaitu memperbaiki diri.
Kebersamaan akademis, sangat penting hari ini. Karena kecerdasan terkadang berbanding lurus dengan egoisme dan keangkuhan akademis itu sendiri. Maka sebagai penyeimbang, diperlukan sikap bijak dalam belajar. Dengan membangun kebersamaan akademis; merajut kekeluargaan sesama mahasiswa S3 agar dapat kelar studi tepat waktu.Â
Kebersamaan akademis bukanlah tanpa alasan. Karena tanpa kebersamaan, tidak mungkin timbul sikap peduli antar satu dengan lainnya. Sikap saling membantu, akrab, dan senasib sepenanggungan tentu sangat dibutuhkan. Persis seperti mahasiswa S3 Manajemen Pendidikan Unpak kelas 18KS2 yang hari ini (11/7/2019) mengikuti kuliah Ekonomi Pendidikan di oagi hari dengan dosen pengampu Dr.Widodo Sunaryo, MBA. hingga sore mata kuliah Metodologi Penelitian. Seperti ketakutan dalam ekonomi pendidikan "scarcity", kebersamaan pun dapat menjadi solusi terhadap keterbatasan sumber daya, termasuk sumber daya manusia.
Khusus bagi mahasiswa, kebersamaan akademis memang tidak cukup. Tentu harus dibarengi dengan tanggung jawab dan profesionalisme. Karena itu, menjadi syarat ketuntasan belajar. Untuk apa bersama-sama tapi kuliah tidak selesai-selesai? Bersama itu penting saat belajar. Tapi ketuntasan belajar jauh lebih penting. Begitulah kira-kira.
Kaum akademis, patut mewaspadai. Rene Descartes menyebutkan bahwa dalam diri manusia selalu ada dualisme antara rescogitans (jiwa bernalar) dan res-extensa (jasmani yang menguat). Bila tidak dikendalikan, maka salah satunya akan menjadi dominan dan "membunuh" lainnya. Ketika itu terjadi, maka di situlah keangkuhan akademis muncul atau kesombongan fisik mengemuka. Maka cara sederhana untuk antisipasinya adalah memperbesar ruang "kebersamaan akademis".
Kebersamaan akademis bukan hanya spirit. Tapi simbol bahwa mahasiswa jangan sampai ogah-ogahan dalam kuliah. Tapi bersikap spartan untuk belajar sambil membangun kebersamaan.
Seperti kata orang bijak. "Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras. Tidak ada kemudahan tanpa doa. Bahkan tidak ada keberhasilan tanpa kebersamaan... Tabik #S3MPUnpak #2018KS2Unindra #PascaUnpak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H