Apa artinya politik tanpa kemanusiaan?
Itulah pertanyaan mendasar di tengah hiruk-pikuk politik Indonesia pascapilpres 2019. Politik tanpa etik, penuh intrik. Politik yang didominasi ilmu utak-atik, ladangnya para juru taktik untuk meraih kekuasaan. Hingga kini pun, politik belum berkesudahan.
Berangkat dari keprihatinan itulah, Mahasiswa STBA LIA Prodi Bahasa Inggris meluncurkan buku kumpulan artikel ilmiah berjudul "Politik dalam Persfektif Anak Kampus" di Kampus STBA LIA Jakarta (20/6). Buku ini sebagai ekspresi anak-anak kampus yang "melarikan" kegundahan politik ke dalam artikel ilmiah; atas pengalaman dan pengetahuannya. Melalui dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia, Syarifudin Yunus, mahasiswa diajak untuk memahami Bahasa Indonesia secara praktis, bukan teoretis.
"Melalui tugas artikel ilmiah, mahasiswa belajar langsung untuk mengenal kaidah bahasa Indonesia, mampu menggunakan diksi atau kosakata hingga dituangkan ke dalam kalimat yang efektif. Belajar sambil membangung keberanian menulis. Karena itulah subtansi pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi. Bukan hanya teoretis tapi praktis" ujar Syarifudin Yunus saat peluncuran buku.
Mempelajari bahasa Indonesia, harus diakui tidak mudah. Bila teoretis akan menjadi monoton. Namun dengan bantuan praktik, mahasiswa "terpaksa" menemukan aset bahasanya sendiri dan dituangkan ke dalam tulisan. Karena hakikatnya, belajar bahasa Indonesia pada akhirnya harus terampil menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, di samping mampu menyusun karya ilmiah sederhana  nantinya.
Melalui buku "Politik dalam Perspektif Anak Kampus", sekitar 36 mahasiswa STBA LIA mengamati realitas bahasa di dunia politik yang terbelah. Kini teks politik dalam bentuk kata-kata dan kalimat terurai mengotori bahasa kita, bahasa di jagat media sosial. Maka saatnya, anak muda atau mahasiswa harus "unjuk gigi' dalam menyatakan pendapatnya secara tertulis. Inilah cara anak kampus untuk menjauhkan bahaya dan dampak buruk dari apa yang dikatakan. Agar politik lebih peduli untuk memperjuangkan manfaatnya, bukan mudharatnya.Â
 Buku ini menjadi refleksi anak kampus dalam menolak terganggunya keharmonian dan persatuan sebagai bangsa, yang jauh lebih penting daripada memenangkan orang yang belum tentu bisa memperjuangkan mimpinya. Karena seharusnya, bila kita menang tentu bukan untuk mengalahkan orang lain. Tapi ingin memperbaiki diri. Untuk kebaikan masyarakat, untuk kemaslahatan bangsa.
Buku kumpulan artikel ilmiah ini merupakan bentuk konkret pembelajaran Bahasa Indonesia yang lebih berani, dalam menuliskan dan mempublikasikannya. Karena berbahasa Indonesia harus diiringi keberanian untuk menulis, bukan hanya sebatas pelajaran. Buku ini merupakan bagian dari proses menulis yang dialami mahasiswa secara langsung, saat perkuliahan. Hingga terbukti, mahasiswa mampu mengekspresikan ide dan gagasannya.
Politik, adalah isyarat. Bahwa jalan tengah adalah sesuatu yang harus diperjuangkan; sekalipun hanya melalui tulisan... #STBALIA #BahasaIndonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H