Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Budaya Baca Terpinggir, Mutu Pendidikan Kian Nyinyir

7 Juni 2019   19:21 Diperbarui: 7 Juni 2019   19:27 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maka hari ini, suka tidak suka, kegiatan tradisi baca dan budaya literasi harus disajikan ke tengah-tengah masyarakat. Karena semakin ke sini, makin banyak orang Indonesia yang malas membaca dan malas menulis. Sementara bermain gawai bisa menghabiskan 5,5 jam sehari. Luar biasa!!!

Budaya membaca tidak cukup sekadar bahan diskusi atau seminar. Membaca harus jadi perilaku anak-anak dalam keseharian. Membaca harus jadi kebiasaan, bahkan gaya hidup. "Kalau tidak baca tidak keren", begitu istilahnya.  Dan jangan sampai, kebiasan hidup anak-anak kita "dikendalikan" oleh gawai. Apalagi masa depan anak-anak hanya da di dunia maya, sungguh sangat bahaya.

Berangkat dari realitas itu, TBM (Taman Bacaan Masyarakat) Lentera Pustaka yang berlokasi di Desa Sukaluyu Kaki Gunung Salak Bogor sangat peduli untuk membangun tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak usia sekolah. Karena dengan membaca, anak-anak akan menambah pengatahuan, di samping memperbanyak kosakata termasuk membentuk karakter. Bahkan bila membaca jadi kebiasaan, anak-anak pun akan lebih "sedikit ngomong" daripada membaca.

"Di zaman serba instan begini, aktivitas membaca anak-anak tidak boleh kalah dari gawai. Dengan membaca, anak-anak pun tidak jadi manusia yang banyak omong. Karena itu, membaca harus dijadikan gaya hdup sehari-hari. Nah, taman bacaan harus mengambil peran penting dalam menegakkan tardisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak kita. Karena tanpa baca, kita merana" ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka.

Dokpri
Dokpri

Oleh karena itu, TBM Lentera Pustaka akan terus mengkampanyekan akan pentingnya membaca bagi anak-anak daripada bermain, menonton TV, atau main gawai. Inilah saatnya, semua pihak membangun kesadaran kolektif untuk bersinergi dalam membangun tradisi baca dan budaya literasi di lingkungan masing-masing. Harus ada aksi nyata untuk mengubah niat baik dalam membiasakan anak-anak untuk membaca.

Mutu pendidikan Indonesia pasti hebat bila anak-anaknya gemar membaca.

Negara akan hebat, keluarga akan hebat bila anak-anak yang ada di dalamnya selalu mau membaca dan dekat dengan buku. Namun sebaliknya, siapapun akan sengsara bila anak-anak semakin jauh dari buku.

Inilah momentum, untuk tegakkan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak. Dekatkan anak-anak pada buku, perbanyak membaca bukan bermain. Dan yang terpenting, jangan jadikan anak-anak terlalu banyak omong tanpa pernah membaca di masa depan ... #TGS #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen #BudayaLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun