Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kisah tentang Buku (Selamat Hari Buku Nasional)

17 Mei 2019   10:36 Diperbarui: 17 Mei 2019   11:02 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah tentang Buku (Selamat Hari Buku Nasional)

Dulu, kata banyak orang, buku selalu dirindu. Tapi kini buku tak lebih hanya sebuah harapan palsu. Karena buku, selalu dipisahkan oleh jarak dan waktu, Sehngga banyak orang yang berkata "rindu buku" pun akhirnya menjauh dari buku. Orang-orang itu, kini memutuskan pergi meninggalkan buku. Tanpa alasan, tanpa omongan. Semua pergi ke dunia digital. Katanya, buku membosankan. Hingga kini, tanpa sepatah kata lagi, mereka terus pergi meninggalkan buku. Buku pun menyendiri. Buku yang hanya bisa diam tergugu di panggung beku. Sambil membawa setumpuk pilu .... Itulah kisah sepenggal buku di bumi Indonesia hari ini.

Maka di Hari Buku Nasional hari ini, 17 Mei 2019, marilah kita bertanya pada diri sendiri. Masihkah kita sekali saja mau memikirkan dan membaca buku? Atau kalian telah menghapus semua kisah tentang buku dari ingatanmu?

 Buku makin diam membisu. Di tengah jutaan manusia di bumi ini.

Bukan hanya minat membaca buku yang rendah. Tingkat literasi pun kian payah. Lalu, lebih mudah percaya pada berita yang palsu. Hidup dalam angan-angan pikiran, dalam mimpi kekuasaan dunia. Maka wajar, hari ini tidak ada lagi rindu tentang buku...

Buku tidak lagi bisa bercerita tentang kamu, tentang kita. Karena tidak ada lagi orang-orang yang mau membaca. Bahkan sekarang, sedikit saja dari kita yang mau menulis tentang masa depan melalui buku. Kini, buku tidak lagi jadi ruang ekspresi tentang harapan dan kenyataan.

Karena kamu lebih senang berkata-kata. Tentang rasa bahagia, tentang sedihnya kehilangan, bahkan tentang pahitnya kegagalan. Buku tidak lagi jadi tempat untuk bertutur akan pentingnya perubahan, kekhawatiran, bahkan masih adanya harapan.

Nuku memang banyak di nanti. Tapi saat yang sama buku pun dijauhi.

Kita tidak lagi gemar antre di toko buku. Tapi lebih senang nongkrong di kafe-kafe. Terdiam sendiri dengan gadget yang penuh mimpi. Tersenyum sendiri walau tiada arti.

Banyak orang kini sudah lupa.

Bahwa buku harusnya dijadikan kapak untuk mencairkan lautan kebekuan dalam setiap diri. Membaca buku, dianggap sudah tidak bisa dinikmati bahkan tidak lagi bisa memperkaya diri .... Itulah sebab di negeri ini, minat baca rendah, tingkat literasi payah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun