Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Aku Salah Mencintaimu (Politikus)

27 April 2019   21:26 Diperbarui: 27 April 2019   21:48 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sengatan sinar matahari siang itu. Kian menambah rasa mencekamku. Tentang apa artinya cinta.  Sudah sejak 4 tahun lalu. Aku mengenal Rangga sebagai pria yang penuh simpatik. Selalu menjemputku di kampus. Bahkan tidak jarang mengajakku ke tempat kerjanya di kantor yang mentereng. Bagiku, itulah cara Rangga mengenalkan aku dengan dunianya, dengan kehidupannya. Agar semakin akrab, semakin dekat dengan kehidupannya. Rangga di mataku, sungguh sosok cowok ideal.

"Rangga, kamu tahu gak tentang perasaanku?" tanyaku.

"Kenapa memangnya..." tanya Rangga balik.

"Aku hanya bilang. Sudah 4 tahun ini, aku merasakan cinta kita itu semakin indah. Seperti layaknya taman bunga yang sedang bermekaran" kataku.

"Woww, terima kasih, sayang. Begtulah cinta bila saling menyenangkan" ucap Rangga sambil memeluk dan mengecup keningku.

Tapi sudah dua bulan ini. Semua berubah. Drastis. Rangga tidak lagi seperti dulu. Sejak musim pilpres, ia tumbuh menjadi cowok yang idealis lagi keras. Pandangan politik telah mengubah komitmen cintanya. Apalagi idola kandidat presidennya berbeda dengan aku.

Seperti hari ini, katika aku pulang terlambat dari kuliah. Tiba-tiba Rangga sudah ada di rumahku. Seperti suhu politik, ia marah sambal menginterogasi. Kenapa aku pulang terlambat? Matanya terbelalak. Penuh sentimen dan emosi. Sangat emosional, sambal mempersoalkan keterlambatan aku.

"Kenapa, kamu pulang terlambat! Dari mana?" tanya Rangga keras.

"Aku tidak kemana-mana. Ada tugas kuliah yang harus kuselesaikan. Lalu, apa yang salah?" tanyaku sedikit emosi.

"Halahhh, omong kosong. Kamu itu sudah tidak menuruti perintahku. Kamu lebih senang berbeda pendapat dengan aku" jawab Rangga lagi.

"Kita itu pacaran atas kesadaran, Mas. Tidak ada yang saling menuruti atau memerintah. Mungkin kamu yang harus mawas diri. Ada yang berubah di diri kamu gara-gara pilpres" jawabku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun