Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Curhatan Rakyat buat Bangsa yang Mau Pilpres

10 April 2019   13:32 Diperbarui: 10 April 2019   14:04 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sangat sadar belum bisa berbuat banyak buat bangsa ini. Sadar betul, senagai warga negara yang belum optimal berkontribusi buat bangsa ini. Kalo emang bangsa ini kurang ya saya harus ikut memperbaikinya; bukan malah mencari borok tuk mencaci-makinya. Kalo udah bagus ya tentu harus saya syukuri sambil tetap merawatnya ...

Sementara gara-gara pilpres, berapa banyak orang hanya bisa menguak kebobrokan bangsa ini. Tanpa pernah bisa mengungkap apa yang sudah kita nikmati dari bangsa ini, sekecil dan sesedikit apapun.

Saya hanya malu aja. Kalo cuma bisa benci dan meratapi keadaan bangsa tanpa bisa berbuat apa-apa. Apalagi marah-marah sambil menggebrak apapun. Sambil berteriak-teriak, seolah bangsa ini dan seisinya sudah paling bobrok sedunia. Malu, bila kita bisa mengangkat kejelekan di banyak hal. Tapi tidak mampu memberi tahu kebaikan di sedikit hal.

Lalu, apakah benar bangsa ini sejelek yang kita dan kalian pikirkan? Lalu sebenarnya, andil apa yang sudah saya berikan untuk bangsa ini? Bisa jadi, saya sama sekali belum memberi andil atas apa yang bisa saya lakukan untuk bangsa ini walau sedikitpun.

Saya sadar banget. Hingga kini pun masih belum mampu jadi orang yang mau dan bisa memakmurkan rumah Allah SWT secara optimal. Juga buat bangsa dan negara ini. Saya kadang malu, bila hanya bangga teriak-teriak dan koar-koar begini begitu. Padahal selama ini, tak lebih saya hanya bangga sebagai "karyawan manusia". Berjuang keras, mencari kemenangan hanya untuk manusia. Karyawannya manusia saja kok bangga …

Seperti di pilpres, berapa banyak orang menjelekkan orang lain hanya untuk bilang baik calon pilihannya. Sementara pilihan orang lain, jelek dan salah semuanya. Kalo pilihan saya baik, maka saya harusnya mengungkap kebaikannya; bukan menebar kejelekan orang lain atau bangsanya.


Saya cuma pengen sadar. Sebelum saya mengeluh tentang bangsa ini. Tentu, saya harus syukuri dulu apa yang saya sudah nikmati dari perjalanan bangsa ini. Karena di luar sana, ada bangsa yang gak bernasib baik seperti di sini.

Selagi saya masih bisa makan apapun. Saya sadar masih ada orang yang gak punya apapun untuk dimakan. Selagi masih ada anak-anak yang mau baca itu lebih baik daripada tidak sama sekali. 

 

Jadi, saya ingin sadar dan menyadari. Bahwa kadang, kita harus mensyukuri keadaan dengan sadar dan akan terus berbuat yang baik dengan sabar... untuk bangsa dan negara. Bukan hanya membela capres pilihan kita. Ahhh, anggap saja ini curhatan seorang rakyat untuk bangsanya yang mau pilpres…#TGS #Pilpres2019 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun