Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Edukasi Pensiun di Era Digital, Agenda Raker Perkumpulan DPLK Tahun 2019

21 Maret 2019   17:52 Diperbarui: 21 Maret 2019   18:04 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Edukasi Pensiun di Era Digital, Agenda RAKERNAS Perkumpulan DPLK

Inovasi Pemasaran dan Edukasi Pensiun di Era Digital, menjadi tema penting dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Perkumpulan DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) dan OJK di Bukittinggi, 21-23 Maret 2019. Acara yang dibuka Bapak Abdul Rachman (Ketua PDPLK) ini dihadiri 62 peserta dari penyelenggara DPLK yang ada di Indonesia. Ikut hadir di acara ini Ibu Nani dan Ibu Sesri dari IKNB OJK yang memberikan dukungan agar induatri DPLK dapat berkembang lebih pesat di Indonesia.

"Seiring kemajuan era digital, maka ke depan industri DPLK perlu antisipasi dalam menyediakan program pensiun DPLK berbasis teknologi. Inilah momentum untuk menyamakan persepsi akan pentingnya dukungan teknologi bagi industri DPLK" ujar Abdul Rachman, Ketua PDPLK dalam sambutannya. 

Deputi Direktur Pengawasan Dana Pensiun IKNB OJK, Ibu Nani, pun mendukung bila industri DPLK untuk melirik dukungan teknologi dalam menyediakan program DPLK bagi masyarakat. Karena patut dipikirkan upaya untuk meningkatkan kepesertaan DPLK di Indonesia. "Bila kita cermati DPLK saat ini ibarat sleeping giant. Maka diperlukan upaya untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses DPLK, di samping mengoptimlkan komitmen pendiri dan produk DPLK yang lebih menarik" ujar Ibu Nani dalam paparannya.

Seperti diketahui, saat ini industri DPLK telah mengelola aset sekitar Rp. 82 trilyun dengan lebih dari 2,9 juta peserta. Dibandingkan dengan jumlah pekerja formal yang mencapai 50 juta orang plus pekerja informal yang mencapai 70 juta, maka seharusnya masih ada potensi besar. Agar industri DPLK dapat tumbuh lebih signifikan.

Melalui rapat kerja ini, Perkumpulan DPLK berharap dapat menjadi momentum para pelaku DPLK untuk menyusun strategi agar DPLK bisa lebih dikenal dan dipahami manfaatnya oleh masyarakat, di samping bekerjasama dalam memberi masukan terhadap regulasi yang ada.

DPLK adalah program yang sangat diperlukan oleh pekerja untuk kesejahteraan masa pensiun. Maka dibutuhkan inovasi pemasaran dan edukasi pensiun di era digital yang lebih masif dan berkelanjutan. #YukSiapkanPensiun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun