Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masih Ada Buta Huruf, Tanggung Jawab Siapa?

3 Februari 2019   08:52 Diperbarui: 3 Februari 2019   09:01 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tahukah Anda?

Di negeri ini masih ada 3,4 juta jiwa saudara kita yang masih buta aksara, tidak mengenal huruf. Angka itu setara 2,07% dari jumlah penduduk Indonesia.Mereka bukan beban, bukan pula untuk dikasihani. Tapi siapapun kita, ikut tanggung jawab untuk memberdayakan mereka agar tidak buta huruf lagi. Jadikan, mereka bebas dari buta aksara...

Ditjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud pun merilis wilayah yang jadi prioritas penuntasan tuna aksara seperti: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Rata-rata mereka pun telah berusia paruh baya dan berusia lanjut.


Kalau hari gini, masih ada "orang buta huruf" itu tanggung jawab siapa?

Tak perlu dijadikan polemik. Semua pihak bertanggung jawab. Pemerintah, partai politik, pendidik, dan professional yang masih punya tanggung jawab sosial harus "terjun langsung" untuk ikut memberantas buta huruf. Agar mereka bisa baca dan bisa tulis, sama seperti kita.

Berangkat dari realitas itu, GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBER BURA) dijalankan di Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari di Kaki Gunung Salak Bogor. 

Sebuah aksi nyata untuk memberantas buta huruf dengan mengajarkan ibu-ibu dan bapak-bapak yang masih tidak mengenal huruf, tidak bisa baca dan tulis agar "segera" bisa membaca dan menulis. GEBER BURA saat ini diikuti 5 ibu-ibu walau disinyalir masih ada puluhan yang belum mau ikut.

"Ternyata di lokasi yang tidak jauh dari Jakarta, masih ada kaum yang buta huruf. Maka kita harus ikut tanggung jawab membebaskan mereka dari buta huruf. Mereka tidak tahu tanggal lahir bahkan cara menulis namanya sendiri. 

Yuk, bantu mereka agar bisa baca dan tulis" ujar Syarifudin Yunus, pendiri GEBER BURA  yang juga Dosen Universitas Indraprasta PGRI dan mahasiswa S3 Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak.

Patut diketahui, untuk peduli dan mau berkiprah secara nyata dalam memberantas buta huruf sama sekali tidak butuh alasan. Cukup dikerjakan dan sisihkan waktu untuk mengajar mereka. Zaman boleh canggih, teknologi boleh serba digital. Tapi bila masih ada orang-orang yang buta huruf di dekat kita, lalu mengapa kita tidak mau membantu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun