Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Geber Bura, Gerakan Berantas Buta Huruf di Kaki Gunung Salak

15 Januari 2019   13:10 Diperbarui: 15 Januari 2019   13:33 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam menjalankan kepedulian terhadap kaum buta huruf, Syarifudin Yunus menyatakan tidak punya metode khusus. Karena modalnya cuma "kepedulian" untuk membantu kaum buta huruf yang sudah puluhan tahun tidak bisa baca dan tidak bisa tulis. 

Karena pendidikan nonsekolah sangat bergantung pada kemampuang mengintegrasikan budaya, kearifan lokal, target yang ingin dicapai, dan yang terpenting kemauan belajar kaum usia lanjut.

Tapi setelah berjalan, hingga kini GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBER BURA) menjadi bukti adanya semangat dan motivasi belajar kaum buta huruf. Sebuah potret kepedulian untuk "bangkit" dari keadaan yang tidak kenal huruf, tidak bisa baca tidak bisa tulis memang harus terjun langsung. Karena niat baik harus diwujudkan dalam aksi nyata. 

"Saya fokus agar mereka senang. Karena bila sudah senang, mau ngapain saja enak. Maka upaya memberdayakan kaum buta huruf harus berbasis kepedulian lalu sabar menjalankannya" tambah Syarif.

Kini, dengan pertemuan seminggu 2 kali, ibu-ibu yang tergabung dalam GEBER BURA pun terlatih untuk mengenal huruf dan angka, dibiasakan meng-eja suku kata dan kata, selaku diberi PR setiap pertemuan untu melatih menulis.

 Tentu, dengan cara yang santai sambil tertawa segar karena bacanya salah atau menulisnya menanjak ke atas. Di Di GEBER BURA, tiap pertemuan, selalu ada canda dan "hadiah" buat kaum buta huruf. Entah itu, seliter beras, makan bakso yang lewat bersama-sama atau sekedar menghisap es tungtung. Agar mereka semangat belajar di GEBER BURA.

Memberantas buta huruf, tentu tidak bisa dilakukan hanya sebatas niat sebatas diskusi. Harus ada kemauan dan keberanian untuk terjun langsung. Sambil mengamat, bahwa sekolah dan belajar tidak hanya terbatas pada pendidikan formal. Tidak ada kurikulumnya, bahkan tidak banyak orang yang mau mengajarkan kaum buta huruf.

Setelah terjun langsung di GEBER BURA, sangat salah bila ada orang yang bilang "biarkan orang lain mabuk asal tidak ganggu kita". Seharusnya "terjunlah ke lapangan, lalu perbaiki keadaan mereka agar bisa lebih berdaya dari sebelumnya". 

Memberantas buta huruf, sungguh butuh kepedulian dan kesabaran ... #GEBERBURA #TBMLenteraPustaka #BerantasButaHuruf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun