Kisah Ibu yang Buta Huruf...
"Pak, saya mau belajar baca. Karena tiap hari abis Maghrib, kalo anak saya ada PR sekolah, saya harus keliling ke tetangga minta bantuan. Tapi kan saya gak mungkin begitu terus..Di sini gak ada yang mau ngajarin" ujar seorang ibu buta huruf.
Agak mengenaskan. Tepatnya di Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor yang jaraknya mungkin hanya 75 km dari ibukota negara, Jakarta. Ternyata masih ada ibu-ibu dan orang dewasa yang buta huruf. Sama sekali tidak terbayangkan di era revolusi industri 4.0 yang katanya serba digital, serba otomatis, dan serba kecerdasan buatan masih ada realitas masyarakat yang buta huruf, buta aksara. Fakta, mereka tidak bisa baca dan bisa menulis.
Mereka, ibu-ibu dan orang tua yang buta huruf. Nyata ada dan di dekat kita. Sementara di luar sana "meng-agungkan" logika dan kecerdasan tapi di kampung ini sama sekali tidak tersentuh dari program pemberantasan buta huruf. Maka wajar, dari informasi yang saya peroleh, Desa Sukaluyu Kec. Tamansari, rata-rata tingkat pendidikan masyarakatnya 81% hanya SD dan 9% hanya SMP.
Melihat realitas ini, maka harus ada ikhtiar dan keikhlasan untuk membantu masyarakat yang buta huruf agar terbebas dari ketidak-bisa bacaan bahkan bebas dari tidak bisa menulis. Walau hanya untuk keperluan yang sederhana, keperluan kemasyarakatan.
Berangkata dari realitas yang ada di depan mata inilah, sudah cukup alasan buat saya untuk terjun dan merintis "GErakan BERantas BUta aksaRA - GEBER BURA" di Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu di Kaki Gn. Salak Bogor. Untuk kali peryama kelas GEBER BURA dilakukan pada Minggu, 9 Desember 2018 bertempat di TBM Lentera Pustaka yang saya kelola.
Dihadiri 5 orang ibu yang buta huruf, saya berkomitmen dan atas dasar iktikad baik akan membimbing dan mengajar mereka untyk mengenal dan mampu membaca hudur demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat hibgga nantinya dapat menuliskan apa yang terucap dari mulutnya.
Setidaknya, ada 2 problematika buta huruf yang saya peroleh dari mereka. Satu, mereka sama sekali tidak kenal huruf maupun angka. Dua, mereka kenal huruf tapi sama sekali tidak bisa menggabungkan dalam suku kata maupun kata. Maka di sini, membangun masyarakat yang punya budaya literasi mendapat ujian yang sangat besar.
Maka seminggu 2 kali, kelas GEBER BURA kini sudah digelar. Tentu, masih banyak orang tua atau ibu-ibu yang belum mau bergabung. Entah karena apa?Â
Inilah momentum buat saya, mungkin juga orang-orang yang peduli kepada sesama untuk mengecek kembali. Apakah di lingkungab kita masih ada orang yang buta huruf? Bila ada, maka berbuatlah untuk membantu mereka. Agar terbebas dari buta huruf.
Sungguh, zaman mau maju sehebat apapaun. Peradaban secanggih apapun. Tiada berguna bila masih ada orang-orqng di sekitar kita yang tidak bisa tahu, bahkan tidak bisa menikmatinya.