Orang kuliah itu bisa menyenangkan, bisa mengasyikkan. Tapi orang kuliah pun harus berhadapan dengan saat yang menegangkan, misalnya saat UTS (Ujian Tengah Semester) atau UAS (Ujian Akhir Semester). Jadi, kuliah itu harusnya menyenangkan atau menegangkan? Secara subjektif sih, saya memilih menyenangkan. Untuk apa kuliah menegangkan, lha wong di luar sana di luar kelas, keadaan sudah banyak yang tegang-tegang. Harusnya sih, kuliah ya rileks saja, tidak usah jadi beban.
Memang suka tidak suka, kuliah kadang menegangkan. Bahkan bisa bikin stress. Apalagi bila waktunya UTS atau UAS. Ujian, apapun bentuknya, memang bikin stress. Gimana orang yang lagi kena "ujian kehidupan" ya. Pasti stress banget, kasihan ...
Suasana tegang, bahkan stress itulah yang tampak di Mahasiswa S3 Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor., khususnya kelas 2018 Reg 2. Hari ini, UTS dimulai sampai besok Sabtu, 15 Desember 2018. Ada yang merengut, ada yang mengkerit, ada juga yang terpaku. Persis kayak orang stress, gara-gara UTS.
Maka penting, bersikap kuliah tidak usah stress. UTS atau UAS pun tidak boleh bikin stress. Apalagi mahasiswa S3, mau kuliah lagi saja sudah baik. Di tengah kesibukan kerja, plus mungkin daya tampung otak sudah mulai menurun akibat "banyak urusan" sudah sepatutnya kuliah jangan dibikin stress. Rileks saja, santai saja. Nanti bila sudah waktunya pasti rampung kok.
Kuliah di S3 alias Program Doktoral itu bukan untuk jadi juara kelas. Bukan pula untuk membuktikan materi pelajaran dikuasai atau tidak. Bila itu orientasinya saat kuliah S3, sangat pantas jadi stress. Mau tidak mau, begitu UTS jadi sangat tekun belajar. Atau keadaan paling mendesak, dikeluarkanlah jurus "the power of kepepet" atau "only God know". Hal lain yang bisa bikin stress itu karena kita selalu membandingkan kemampuan diri sendiri dengan orang lain. Ingin hasil diri kita lebih baik dari orang lain. Pantas bila begitu, jadi stress. Kita kadang lupa, tiap orang itu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Justru mahasiswa S3 itu kuliah untuk merlatih sikap realistis; menerima segala kemungkinan yang terjadi manakala kita sudah optimal berusaha. Kematangan jiwa, sangat penting buat seorang calon doktor.
Jadi, tidak perlu stress saat kuliah S3 atau UTS maupun UAS.Â
Rileks saja, Karena harus diketahui, mahasiswa S3 pada hakikatnya bukan untuk memperkuat "pemahaman" atas materi pelajaran. Tapi justru untuk memacu "cara berpikir" yang optimal dalam keilmuan. Sehingga bisa menjadi sikap ilmiah yang dapat digunakan untuk inovasi keilmuan dan memberdayakan ilmu untuk masyarakat. Jadi simpel, bukan untuk pemahaman tapi cara berpikir. Bukan kognitif tapi thinking. Nah dalam ranah ini, saya tidak setuju ada UTS atau UAS dalam bentuk "pertanyaan essay" di mahasiswa S3. Akan lebih baik UTS atau UAS disajikan dalam format "tugas karya ilmiah" lalu dipresentasikan di depan kelas. Itulah "kawah candradimuka" cara berpikir mahasiswa S3, apapun dan dimanapun.
Buat saya, kuliah S3 tidak perlu stress. Dan hasil yang kita perjuangkan justru bukan ada di dalam kelas. Tapi harusnya bermanfaat bagi di luar kelas. Untuk apa ilmu dan gelar yang tinggi, bila tidak dimanfaatkan untuk memberdayakan orang lain. Maka kuliah S3, sudah sepatutnya kita lebih menghargai proses seperti selalu hadir saat kuliah dan mau menyiapkan diri untuk lebih banyak meneliti, melakukan riset sekecil apapun. Bahkan yang paling penting, mahasiswa S3 harus melatih keterampilan dalam mengeksplorasi unknown areas dan menemukan hal-hal menarik yang bisa dikontribusikan bagi ilmu dan orang lain.
Kuliah S3 itu, buat saya, adalah sebuah "perjalanan intelektual" yang tidak ternilai sama sekali. Kesadaran untuk mau kuliah lagi, mengikuti prosesnya hingga memacu cara berpikir melalui mata kuliah yang diikuti, sungguh sangat spektakuler. Kita mau kuliah lagi itu, tentu bukan untuk mengalahkan orang lain. Tapi untuk memperbaiki diri sendiri.
Maka kuliah di S3, mereka yang akan menjadi "calon doktor" titik terpentingnya bukan pada nilai kuliah. Bukan pula pada upaya untuk  mempertahankan posisi leading edge-nya dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Tapi jauh lebih penting adalah seorang "calon doktor" harus bisa menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bernas dan objektif dalam profesi yang ditekuninya.
Maka kuliah itu tidak usah untuk menjadi paling pintar atau juara kelas. Bisa lulus kuliah tepat pada waktunya itu sudah cukup. Karena banyak orang sukses bukan karena kuliahnya. Tapi mereka sukses karena dikehendaki-Nya ... Tabik #PascaUnpak #KuliahS3