Menjadi pemimpin bisa jadi tidak susah. Tapi menjadi pemimpin yang dicintai itu yang susah. Karena untuk menjadi pemimpin tidak hanya dibutuhkan keterampilan dalam memimpin organisasi. Tapi jauh lebih penting adalah menjadi pemimpin yang mampu memimpin dengan penuh cinta kepada orang-orang yang dipimpinnya.
Seperti kata HR At-Tirmizi, "Anda bisa mencintai orang lain tanpa memimpin mereka, tetapi Anda tidak bisa memimpin orang lain tanpa mencintai mereka".
Pemimpin harus punya kepemimpinan. Karena kepemimpinan hakikatnya serangkaian kemampuan dan sifa-sifat kepribadian untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
Manusia itu hakikatnya terlahir sebagai seorang pemimpin. Mulai dari pemimpin Negara, pemimpin organisasi, bahkan pemimpin untuk dirinya sendiri. Kesadaran akan peran sebagai seorang pemimpin inilah yang harus mendorong kita untuk memahami, mempelajari dan menerapkan leadership trait yang up to date, relevan serta efektif dalam menjalani hidup dan kehidupan. Kini persoalannya, bagaimana untuk bisa menjadi pemimpin yang dicintai?
Dalam persfektif pendidikan, ada banyak model pemimpin yang dicintai. Ada banyak cara kepemimpinan agar dicintai. Namun setidaknya, untuk bisa menjadi pemimpin yang dicintai setidaknya harus memenuhi indikator sebagai berikut:
- Pemimpin yang berkepribadian. Pemimpin berkepribadian adalah pemimpin yang mampu menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri, mampu mengontrol dirinya sebelum mengontrol orang lain. Sesungguhnya pekerjaan itulah yang paling berat. Memimpin diri sendiri melawan hawa nafsu adalah refleksi sifat-sifat kepribadian.
- Mempunyai integritas tinggi kepada organisasi. Pemimpin yang berpihak kepada tindakan yang konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik profesi, sekalipun dalam keadaan yang sulit. Adanya "satu kata dengan perbuatan" sangat penting bagi seoarng pemimpin. Ketulusan dan kerelaan berbuat yang terbaik itulah yang mendasari anak buah akan mencintai pemimpinnya. Pemimpin yang punya integritas sangat penting di era milenial seperti sekarang.
- Memimpin dengan hati. Pemimpin yang dicintai biasanya mempimpin dengan hati dalam berinteraksi dengan anak buah. Beragam sentuhan-sentuhan, pendekatan, dan komitmen "dimainkan" untuk menggerakkan orang-orang yang dipimpinya..
Berangkat dari realitas itu, maka pemimpin yang dicintai biasanya efektif dalam mencapai tujuan, mempunya hubungan social humanis yang mumpuni, dan mampu menjadi sebab tercapainya tujuan organisasi secara optimal, dan mampu menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya.
Sekali lagi, menjadi pemimpin mungkin tidak susah, Tapi menjadi pemimpin yang cintai itulah yang tidak semua orang bisa meraihnya. Secara prinsip, paling tidak ada tiga aspek penting untuk menjadi pemimpin yang dicintai, yaitu:
Pertama, alkhidmah bil-qalb (melayani dengan hati); pemimpin  yang berkomitmen untuk melayani kepentingan orang-orang yang dipimpinnya. Orientasinya bukan untuk kepentingan pribadi maupun golongan, tetapi untuk kepentingan orang-orang yang lebih luas lagi.
Kedua, alkhidmah bil-aql (melayani dengan kepala/pikiran); pemimpin yang memiliki visi yang jelas, responsive terhadap  setiap persoalan, kebutuhan, dan harapan dari orang-orang yang dipimpinnya.
Ketiga, alkhidmah bil-yad (melayani dengan tangan); pemimpin pemimpin yang tidak sekadar memuaskan orang-orang yang dipimpinnya, tetapi fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekadar kesuksesan duniawi, mau belajar, dan selalu menyelaraskan dirinya terhadap komitmen untuk ibadah dan melayani sesamanya dalam kebaikan.
Pemimpin atau kepemimpinan, harus diingat, sebagai amanah dan setiap amanah pasti dimintai pertanggungjawaban. Jadi, pemimpin yang dicintai adalah pemimpin yang mampu melayani bukan yang minta untuk dilayani, memberi keteladanan sehingga dapat membangun budaya organisasi yang baik dan ramah.