Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jadikan Sistem Pendidikan Persoalan "Hidup Mati"

23 November 2018   19:56 Diperbarui: 23 November 2018   20:34 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumlah pekerjaan yang hilang kian meluas bakal terus terjadi akibat terjangan gelombang Revolusi 4.0.

Munculnya permasalahan itu akan semakin diperparah di masa mendatang, tambah Eka,  karena diterima tidaknya seorang pelamar kerja tidak lagi ditentukan oleh manusia.

"Nanti diterima tidaknya orang yang melamar kerja keputusannya ditentukan oleh mesin algoritma," kata Eka.

Hal ini berarti, rekomendasi teman, kedekatan, atau kemampuan lobi seseorang, lanjut Eka, tidak akan berpengaruh. Sebab keputusan diterima tidaknya pelamar kerja ditentukan oleh mesin algoritma.

Pertanyaannya, mampukah Kurikulum 2013 menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0 ?

"Kurikulum 2013 kalau dievaluasi akan ditemukan bahwa kurikulum itu tidak dibutuhkan," kata Eka Simanjuntak.

"Anak-anak Sekolah Dasar belum bisa memahami apa yang dibaca pada kelas IV SD. Penyebabnya karena penyajian literasi kita jadul. Anak-anak lebih banyak diminta menyimak, dan menghafal," ungkap Eka Simanjuntak seraya mengingatkan pentingnya pengembangan logika berpikir anak.

Menurut Eka Simanjuntak, agar anak-anak SD memahami literasi kritis, maka penyajian literasinya tidak boleh jadul. Sebaliknya, anak-anak harus diajarkan untuk membaca literasi, memahami literasi hingga ke ranah psikomotoriknya.

"Ke depan pengetahuan itu tidak begitu dibutuhkan dibandingkan pengetahuan," ungkap  Eka Simanjuntak.

Menjawab pertanyaan Nurul, mahasiswi S3 program elektro dari Universitas Negeri Malang (UM) peserta lomba artikel pendidikan dari Unipma, yang menanyakan apa langkah-langkah yang harus diambil LPTK untuk menghadapi tantangan gelombang Revolusi Industri 4.0, Eka Simanjuntak menjawab, "Yang harus dilakukan adalah bagaimana mempersiapkan ilmu-ilmu baru secara cepat, " kata Eka.

Eka menambahkan, bahwa anak-anak milineal nantinya tidak mungkin mengikuti kuliah dengan jenjang waktu bertahun-tahun seperti generasi sebelumnya. Sebab lapangan kerja bisa dalam waktu cepat hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun