Sungguh, kita patut bersyukur. Satu anugerah yang tetap terpelihara di Perkumpulan DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) adalah kebersamaan. Ya, kebersamaan. Sebuah kata yang mudah diucapkan. Tapi gak mudah dilakukan di era milenial.
Kebersamaan itu pulalah yang menyelimuti acara Workshop Repositioning Pemasaran dan Edukasi DPLK pada 13-14 September 2018 di Cirebon. Selama 2 hari, sekitar 43 peserta para pejuang dana pensiun dari 18 DPLK di Indonesia saling memancarkan sikap sehati sepikir demi tumbuhnya industri dana pensiun di Indonesia.
Sejak tiba di 13 Sept siang, peserta workshop bersama-sama menikmati nikmatnya nasi jamblang Mang Dul dilanjutkan kunjungan lapangan ke Masjid Cipta Rasa dan Keraton Kasepuhan. Sekalipun di tengah panasnya terik matahari, anggota Perkumpulan DPLK asyik bersenda gurau sambil mengambil hikmah dari setiap peristiwa dan obrolan yang ada.
Kebersaman di DPLK tentu bukan hanya berbagi kisah indah dan kebahagiaan. Tapi selalu ada selipan canda tawa dan kekonyolan ringan. Berlanjut hingga kunjungan ke Goa Sunyaragi dan Batik Trusmi, kebersamaan anggota DPLK tercermin dari foto-foto beragam gaya yang di sharing di Grup WA. Kebersamaan, sungguh telah membuat mereka lupa lelah hingga digelarnya workshop selama 4 jam di malam hari, di Hotel Aston Cirebon.
Setiap kita sepakat. Kebersamaan itu mahal harganya. Dan tidak bisa dibandingkan apapun. Seberat dan sekeras apapun masalah yang "menghantui" industri DPLK, kebersamaan-lah yang menjadikan anggota Perkumpulan DPLK tetap optimis dan bersemangat.
Memang, karena kebersamaan setiap kita selalu menjaga ikatan kekeluargaan sepenuh hati. Lebih dari sekedar bekerja sama atau hubungan profesional biasa. Maka wajar, kepentingan bersama pun lebih diutamakan dari kepentingan pribadi.
Gak cukup sampai di situ. Esok harinya 14 Sept, kebersamaan peserta workshop Perkumpulan DPLK pun masih berlanjut. Walau sebagian peserta sudah ada yang pulang akibat tugas, rasa bersama dalam ceria pun masih menjadi bagian perjalanan.
Mulai dari ke tempat belanja, makan siang di Empal Gentong H. Apud hingga berakhir di Stasiun Kejaksan Cirebon. Semua masih bersama dalam canda tawa ceria. Sungguh, industri DPLK pun pasti bisa maju bila para pelaku dan pengelolanya "terbalut" dalam rasa kebersamaan, rasa persaudaraan.
Karena dengan kebersamaan, segala yang berat bisa menjadi ringan, segala yang sulit bisa menjadi mudah. Bahkan segala yang rumit bisa diurai, dicairkan. Itulah hebatnya sebuah kebersamaan.
Karena dengan bersama, siapapun bisa menjadi lebih sehati dan sepikir lalu menjadi satu visi. Bersama menjadikan kita tetap sulit dan menyedikitkan ego pribadi. Bersama pula yang menjadikan kita tetap rendah hati untuk tetap mengurangi perbedaan memperbanyak persamaan.