Bila ada manusia di luar sana. Seperti senang mempertontonkan kebencian. Menghujat lalu mencaci maki. Bereaksi jelek atas ulah orang lain. Orang lain bertindak jelek dibalas lebih jelek lagi. Orang lain membenci dibalas dengan lebih benci lagi. Sudah pasti, mereka bukan penikmat kopi sejati. Ngopi mereka hanya seremonial semata.
Ngopi pagi itu mengajarkan kepada kita. Apa yang terjadi itu tidak lebih penting dari sikap kita atas kejadian itu sendiri. Karena kaum penikmat kopi sangat paham. Bahwa kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Bukan karena orang lain; bukan dipengaruhi orang lain. Biarkan saja bila ada orang lain tidak baik. Asal penikmat kopi tetap baik...
Ketahuilah, pada secangkir kopi. Hitam itu tidak selalu kotor dan pahit; hitam tidak selalu menyakitkan. Maka gak perlu terpengaruh atau ingin mempengaruhi. Rileks saja.
Ngopi pagilah dulu. Agar tetap rileks.
Apalagi di musim pilpres begini. Untuk apa ngomel-ngomel di medsos. Untuk apa berceloteh hingga berisik tiada henti. Sementara sama sekali tidak ada yang bisa dilakukan. Semua itu, jauh panggang dari api.
Ngopilah dulu biar lebih santai. Agar bisa tetap sejuk di tempat yang panas. Agar tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar. Agar tetap tenang di tempat gaduh sekalipun.
Kaum penikmat kopi itu selalu dan selalu mikir. Marah itu gampang. Galak itu mudah. Tapi sangat susah mencari jawaban, kenapa harus marah atau galak? Kepada siapa harus marah atau galak? Di mana harus marah atau galak? Lalu apa yang didapat dari marah atau galak?
Ngopi pagilah dulu.
Nikmatilah seteguk kehangatan pagi ini. Seperti matahari yang tiap pagi terbit. Tanpa peduli, kita suka atau tidak kepada si matahari. Di atas secangkir kopi, sama sekali gak ada soal yang gak bisa dipecahkan. Gak ada urusan negara yang gak digariskan Allah SWT.
Maka, syukurilah apa yang ada. Syukurilah kita masih bisa ngopi pagi. Agar kita semua tetap baik, tetap rileks. Dan yang paling penting, gak usah menunggu untuk jadi orang baik. Karena pilihan kita hanya dua; khairul bariyyah (sebaik-baik makhluk) atau syarrul bariyyah (seburuk-buruk makhluk) pada akhirnya.
Di balik ngopi pagi. Selalu ada ajaran sederhana. Bahwa setiap nasehat baik gak akan pernah datang terlambat hingga kapanpun.