Sob, kamu tahu gak?
Sesungguhnya, dosa dari meninggalkan kopi di pagi hari itu setara dengan menghujat pemimpinnya sendiri tiada henti. Dosa orang-orang yang yang lahir di bumi pertiwi. Tapi bertindak seperti warga asing yang membenam permusuhan...
Ngopi pagilah dulu. Karena kaum penikmat kopi itu rileks dan realistis. Dilayani jutek gak masalah. Dilayani sopan pun oke-oke saja. Teman ngopi pun begitu. Ada yang ngeselin ada yang nyenengin. Apapun dan siapapun, bagi kaum penikmat kopi tetap santai saja. Kopi itu seperti politik, pahit tapi berujung manis.
Kadang, ngopi pagi itu. Menyadarkan kita bahwa di dunia ini hanya ada dua tipe manusia.Â
Satu, manusia jutek lagi pahit. Mereka yang reaksinya negatif. Ikut-ikutan jutek, nelongso melulu. Marah-marah melulu ke si pelayan kopi.
Kedua, manusia sopan lagi manis. Mereka yang reaksinya positif. Semua hal disikapi dengan rileks, santai saja. Tetap bersikap sopan ke si pelayan kopi asal dia bisa menikmati kopi.
Kopi itu persis seperti politik.
Tergantung pesanan, tergantung selera. Mau pahit atau manis. Mau di warung pinggir jalan atau di kafe. Gak perlu baperan, rileks saja. Jadi, untuk apa ikut terpengaruh oleh orang lain. Untuk apa ikut-ikutan membenci, ikut-ikutan jutek. Sama sekali gak berguna. Karena reaksi seringkali "mengabaikan" substansi.
Kaum penikmat kopi itu sadar.
Nikmatnya secangkir kopi bukan hanya karena aroma. Tapi juga suasana. Karena kopi gak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya. Di hadapan kopi kita semua sama. Begitu pun di dunia politik. Bila suka pilih, bila tidak suka gak usah dipilih.
Kaum penikmat kopi itu tahu betul. Apa yang harus diperbuat. Karena pada secangkir kopi, tidak boleh ada orang lain yang ikut menentukan cara kita dalam bertindak.