Emansipasi zaman now itu sikap, bukan ambisi.
Harusnya wacana tentang emansipasi dan kesetaraan wanita, seperti yang diperjuangkan RA Kartini sudah usai. Udah kelar. Karena apa yang diperjuangkannya dulu, kini telah jadi kenyataan.
Terus kartini-kartini zaman now, mau ngapain lagi?
Kartini zaman now itu Kartini milenial. Wanita karier, wanita yang pergi pagi pulang malam. Penuh etos kerja hingga mampu meraih jabatan hingga harta. Sama sekali sudah gak isu lagi. Bahkan kaum wanita yang cerdas dan berpendidikan tinggi pun bertebaran di mana-mana. Lagi-lagi, udah gak isu. Zaman now, semua wanita sudah setara dengan laki-laki.
Kartini zaman now udah hebat-hebat.
Indikatornya sederhana saja. Dulu di kabinet, namanya "Menteri Urusan Wanita". Berarti segala sesuatu yang berurusan dengan perempuan harus diatur, harus dibela. Tapi sekarang, nama menterinya adalah "Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak". Itu artinya, apa sebenarnya yang harus dilakukan setelah perempuan berdaya dan bagaimana perempuan memandang anak?
Sejarah Islam sudah membuktikan.
Ada wanita-wanita sesat yang akhirnya gak bisa dibela oleh suaminya, seperti istri Nabi Nuh, istri Nabi Luth. Mereka terkena petaka karena ulahnya. Tapi ada wanita-wanita henat seperti Siti Hajar yang tangguh, Siti Aisyah bahkan Zulaikha yang semasa hidupnya mengemban amanat yang mulia semasa di dunia untuk keperluan akhirat.
Jelas sudah. Wanita zaman now adalah sikap bukan ambisi. Makna hari kartini itu membangun sikap, bukan membangun ambisi.
Kartini zaman now, patut mawas diri. Patut eling lan waspada. Karena menjadi wanita yang sukses, pintar dan kaya nyatanya tidaklah susah. Tapi menjadi wanita yang solehah, wanita yang sadar bahwa "ada di dunia" untuk "tetap ada di akhirat" patut dikedepankan.
Karena hari ini. Berapa banyak wanita yang terlalu mudah lupa kewajibannya akibat mengejar urusan dunia. Berapa banyak wanita yang bekerja dan berpendidikan. Tapi saat yang sama mereka gagal mengembang amanah sebagai ibu sekaligus istri untuk keluarganya.