Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita, Lupa Menunduk Sering Mendongak

22 Februari 2018   21:19 Diperbarui: 22 Februari 2018   21:21 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita, lupa menunduk sering mendongak.

Zaman now payah. Begitu kata teman saya. Emang kenapa? Tanya saya. "Orang sekarang, udah pada lupa menunduk. Maunya melotot dan mendongak. Udah gitu rame-rame lagi" gitu kata teman saya. Karena ngomongnya keras banget, saya gak nanya lagi. Gak jelas apa yang dimaksud. Tapi biarlah, gak usah dicari tahu juga kenapa dia bilang orang sekarang gak mau menunduk... Biarin aja, itu ekspresi dia.

Berhenti di kata "menunduk".

Buat saya, ada benarnya memang. Zaman now, sebagian orang udah lupa menunduk. Lupa menghadapkan kepala lebih ke bawah. Merunduk untuk berpikir agak dalam dan merenung sedikit saja. Seperti Parlemen yang bikin UU MD3. Rame-rame, mereka yang bahas dan mereka juga yang mengesahkan "hak imunitas" buat diri mereka sendiri. Parlemen itu udah lupa menunduk. Bisa jadi, gak mau lagi merunduk.

Menunduk itu lawannya mendongak. Menengadah. Lebih suka ngeliat ke atas, ngurusin yang tinggi-tinggi. Senang pada urusan besar. Tapi lupa sama urusan kecil. 

Dipilih rakyat bukan lagi buat bela rakyat. Tapi malah belain diri sendiri, biar makin berkuasa. Habis itu korupsi rame-rame. Orang kerja bisa jadi gitu. Biar dianggap hebat dan mampu. Bukan untuk memberdayakan orang lain. Mendongak untuk mengejar status sosial biar melejit ke atas. Habis itu lupa menunduk. Orang kuliah juga sama. Biar dianggap pintar di mana-mana karena ngomong ilmiah. Habis itu buat meremehkan orang lain. Sambil "membiarkan" orang-orang yang dianggapnya bodoh makin tidak berdaya.

Menunduk, menghadapkan kepala ke bawah. Emang udah makin langka. Wajar, akhirnya "kebaikan" jadi sebatas diskusi dan wacana. Enak diomongin, tapi gak pernah dilakonin.

Orang-orang yang gak menunduk. Hanya bisa mendongak. Kerjanya hanya menggalang kekuatan dan kesamaan pikiran untuk menyalahkan orang lain. Meremehkan lalu menafikkan apapun kebaikan yang dikerjakan orang lain. Bahkan pemimpinnya sendiri. Atas nama kekuatan orang banyak, atas nama uang, atau atas nama agama. Mereka, rame-rame menganggap boleh semuanya. Orang lain yang gak sepemikiran, apalagi beda haluan, pasti salah. Keren. Itulah orang-orang hebat, orang-orang yang lupa menunduk.

Lupa menunduk. Lebih banyak mendongak.

Mereka hanya sibuk rame-rame. Menghimpun apapun untuk menafikkan kebaikan yang ada di depan matanya. Mereka itu, boro-boro mau bantu orang lain secara sendirian. Mengerjakan kebaikan sendiri untuk dirinya sendiri pun, bisa jadi gak dilakukan. Udah lupa menunduk. Bawaannya mendongak, menengadah.

Menunduk, kata sederhana yang mulai dilupakan orang zaman now. Negara ini aman, masih bisa ibadah dengan tenang lupa disyukuri. Negara ini bebas berceloteh apapun, juga lupa disyukuri. Punya aktivitas, punya kegiatan pun lupa disyukuri. Pengennya, mengalahkan orang lain; menyalahkan orang lain. Mungkin, sudah terlalu lama tidak menunduk ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun