Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendengarkan Bukan Mendengar

15 Januari 2018   20:12 Diperbarui: 15 Januari 2018   20:16 1303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang zaman now itu aneh. 

Duduknya pada berdekatan tapi gak ada yang bicara. Semuanya main gadget. Giliran ada yang bicara, yang lain hanya mendengar sambil main gadget pula. Sibuk sendiri. Abis itu minta diulang, apa yang dibicarakan. Gak mau mendengarkan, minta diulang. Orang zaman now emang ngeselin.

Emang gak mudah. Ngobrol dan mendengarkan orang lain. Apalagi yang derajat dan status sosialnya dianggap lebih rendah dari kita. Orang kota males dengerin orang desa. Orang pintar males dengerin orang bodoh. Orang kaya paling males dengerin orang miskin. Itulah yang terjadi di zaman now. Ngeselin banget.

Dengarkanlah...

Mendengarkan itu beda dengan mendengar. Karena saat mendengarkan, kita butuh perhatian dan kesediaan menerima apa yang diomong orang lain. Kalo nendengar belum mendengarkan. Kenapa bisa begitu? Mungkin, karena yang bicara dianggap "lebih rendah" status sosialnya dari kita.

Dengarkan...

Siapapun dia. Orang "bawah" sekalipun. Kita itu emang disuruh nengok ke bawah untuk urusan dunia. Biar gak menganggap remeh nikmat Allah. Biar gak mudah menyalahkan. Apalagi menghakimi orang lain.

Orang zaman now sering lupa.

Semua manusia itu bermartabat di hadapan Allah. Karena martabat manusia adalah anugerah-Nya. Martabat otu gak ada urusan sama pangkat, harta dan kedudukan. Maka kembalilah, untuk tetap mendengarkan. Karena sesungguhnya, ketika kita mendengarkan maka di situ kita sedang memotret kehendak Allah untuk kita ... 

Mendengarkan bukan mendengar. Tak usah banyak bicara, dengarkanlah ...ciamikk

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun