Jadi, kita tidak perlu bilang orang lain jelek dan kita bagus. Karena humas akan membuktikan. Jika bagus maka akan bagus. Jika jelek maka jelek. Itu saja. Maka fokuslah untuk menghasilkan kinerja bagus.
Lalu bagaimana bisa menjadikan humas punya kinerja baik, reputasi baik dan promosi yang baik?
Jawabnya sederhana. Humas tidak bisa didekati secara akademis. Karena humas adalah pekerjaan lapangan, harus terjun sebagai praktisi kehumasan. Kita kenal Johan Budi SP sebagai humas KPK dulu. Atau kita tahu Febri Diansyah sebagai humas KPK sekarang. Itu contoh figur humas yang baik.
Apa artinya humas yang seperti itu?
Humas yang baik, sekali lagi, basisnya kinerja baik reputasi baik dan promosi baik. Untuk bisa seperti itu, maka seorang humas harus tahu tentang medan di mana dia bertanding, siapa lawan siapa kawan. Humas juga harus bisa menulis dan menyampaikan pesan secara lugas dan jelas. Tidak multitafsir. Bahkan seorang humas harus dianggap "kredibel", orang yang pantas menjalankan fungsi humas. Karena bila hal ini tidak tercapai, maka akan sulit seorang humas untuk menyampaikan pesan sebaik apapun. Bila orangnya dianggap tidak kredibel. Humas harus didukung kredibilitas. Jika tidak, sulit untuk dipercaya tiap pesan yang keluar dari mulut seorang humas.
Apakah seorang humas kredibel?Â
Ukurannya pasti terlihat seiring waktu berjalan. Alamiah dan tidak bisa direkayasa. Humas itu harus menguasai masalah, tahu cara menyampaikan pesan, dan orang yang mendengar dapat memahami serta terpengaruh karenanya. Itulah humas yang baik.
Jadi tidak usah berpikir rumit tentang humas. Karena humas adalah kinerja kita + reputasi kita + promosi kita.
Maka kini, tanyakanlah kepada orang dekat Anda.
Apa kata mereka tentang Anda? Bila banyak bagusnya maka Anda sudah mampu menjadi humas yang baik. Bila banyak orang bicara jelek tentang Anda, maka Anda belum berhasil menjadi humas buat diri Anda sendiri.
Jadi, kumpulkan berita baik tentang Anda. Itulah humas zaman now... ciamikk