Semangat untuk menulis di kalangan generasi muda harus dikobarkan. Tidak terkecuali mahasiswa. Apalagi di era digital seperti sekarang, menulis menjadi kompetensi yang mutlak diperlukan. Jika tidak, maka generasi muda hanya bisa jadi "penonton" bukan lagi "pemain".
Berangkat dari spirit itulah, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Jakarta menyelenggarakan kegiatan "Seminar bedah Buku 2017" dalam rangkaian Bulan Bahasa dan Hari Guru Nasional 2017 yang berlangsung hari ini, Selasa 7 November 2017 di Aula Daksinapati Kampus UNJ Rawamangun.
Ada 4 buku yang dibedah oleh mahasiswa semester 5 Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, yaitu;
- Buku "Derai Suara Ranting" karya Sam Mukhtar Chaniago
- Buku "Surti Bukan Perempuan Metropolis" karya Syarifudin Yunus
- Buku "Jurnalistik Terapan" karya Syarifudin Yunus
- Buku "Kompetensi Menulis Kreatif' karya Syarifudin Yunus
Kedua penulis buku ikut hadir untuk memberikan proses kreatif dan resep dalam melahirkan karya berupa buku. Acara yang dibuka oleh Wakil Dekan III FBS, Syamsi pun dihadiri oleh Lia Marliana (KoorProdi Bahasa dan Sastra Indonesia) serta para dosen dan mahasiswa yang menjadi peserta.
"Kegiatan bedah buku semacam ini harus terus digalakkan di kalangan mahasiswa ata generasi muda. Tujuannya untuk memantik; mengobarkan semanag menulis. Karena karya dalam bentuk apapun, harus dimulai dari proses menulis" ujar Syarifudin Yunus, penulis yang juga alumni UNJ, Ketua IKA BINDO UNJ dan Dosen Prodi Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI di sela acara.
Dihadiri sekitar 120 peserta, Seminar Bedah Buku ini bertujuan untuk menumbuhkan spirit pemahaman dan analisis terhadap isi suatu buku, baik secara tema, amanat maupun isinya. Di sisi lain, mahasiswa dapat mempelajari proses kreatif bagaimana suatu buku ditulis dan diterbitkan.
"Selain dalam rangkaian Bulan Bahasa 2017, mahasiswa yang membedah buku-buku ini merupakan peserta mata kuliah Menulis Kritis. Sehingga mereka sekaligus melati penalaran dan kekritisan dalam memahami isi buku" terang Lia Marliana, KoorProdi Bahasa Indonesia UNJ.
Ketika membedah buku Antologi 44 Cukstaw Cerpen "Surti Bukan Perempuan Metropolis" karya Syarifudin Yunus, mahasiswa menegaskan adanya pesan moral agar setiap manusia dapat bersikap realistis dalam menjalani setiap sisi kehidupan. Pentingnya berpikir positif dan lebih berorientasi pada jalan keluar, bukan pada masalah. Untuk segala hal, lebih baik fokus pada ISI bukan pada BUNGKUS.... Begitulah analoginya.
Â
Sepert tercermin dalam penggalan kisah cerpen "Surti Bukan Perempuan Metropolis"yang berbuyi:
 "Aku sadar kamu tidak tertarik dengan masalah-masalah sepele, Mas. Tapi bagiku, besar kecil suatu masalah tidaklah penting. Tapi mengungkap hal yang dianggap masalah itulah yang penting. Aku ada untuk melengkapi yang tak ada dalam dirimu: mulai dari perasaan, kelembutan, keindahan, rahim untuk melahirkan, bahkan mengurusi hal-hal kecil di rumah. Ketika kamu tidak mengerti itu semua, akulah yang akan menyelesaikannya" ujar Surti.