Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pokoknya Elo Salah Terus, Titik

3 Oktober 2016   22:58 Diperbarui: 4 Oktober 2016   01:44 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Anak kecil tiba-tiba saja nanya sama Si Kuple. “Pak, bener gak sih kalo gunung itu indah?”

Emang Si Kuple kadang suka kurang kerjaan sih. Gimana bisa sih dia bergaul sama anak kecil. Pake ditanyain lagi, gunung itu indah apa gak? Coba gimana jawabnya, kalo begitu….

“Gini ya Nak, kalo mau jujur. Gunung itu pasti indah karena anugerah Tuhan buat kita” jawab Si Kuple serius.

Coba deh kamu ingat-ingat. Kalo di sekolah kamu disuruh gambar pemandangan, apa yang kamu gambar? Pasti gunung kan, terus dikasih jalanan yang ada tiang listriknya. Terus di kiri kanannya ada sawah. Iya gak? Itu karena memang gunung itu indah. Si anak kecil pun mengangguk, tanda mengerti.

Dipikir ada kesempatan ngasih nasihat, Si Kuple terus aja ngomong.

TAPI kalo sekarang Nak, mungkin GUNUNG gak lagi indah. Sekarang ini gak sedikit orang yang bilang GUNUNG itu malah MERUSAK PEMANDANGAN. Gunung gak lagi indah. Apalagi di mata mereka yang baper-an, di mata orang-orang yang pikirannya negatif. Gunung biar seindah apapun tetap aja jelek, merusak pemandangan.  

Gak tahu kenapa, Nak?

Sekarang ini makin banyak orang pintar tapi cara pikir dan cara melihatnya malah jadi gak jelas. Apalagi kalo udah urusan gak senang sama orang lain. Apa saja yang dilakukan orang itu pasti yang dicari salahnya saja. Biar baik, biar bagus tapi kalo yang bikin orang yang gak kita senangi pasti salah. Pokoknya elo salah terus, titik. Begitu deh ibaratnya.

Yah mau gimana lagi. Kalo gitu kan jadi serba salah. Lebih baik diterima saja ya Nak. Ikhlasin dan tetap ikhtiar untuk lakukan yang baik-baik saja. Kayak hari Kesaktian Pancasila, kalo gak upacara salah. Giliran upacara, panggung tempat berdiri pake kain merah putih salah juga. Padahal kalo itu salah pun, bukan orang itu yang ngerjain tapi panitia. Tapi mau gimana lagi? Jawabnya, Pokoknya elo salah terus dah …. Tiitik.

Jadi Nak, Bapak pesan sama kamu ya.

Nanti kalo udah besar, jangan sampe kehilangan sikap untuk berbuat baik, berpikir yang baik. Biar gimanapun, punya pikiran positif itu lebih baik daripada pikiran negatif. Karena pikiran negatif gak ada untungnya. Kalo mau berbeda, gak sepaham, gak sepakat gak apa. Namanya juga pilihan, kan gak mungkin sama melulu. Tapi jangan sampe pengennya nyalahin orang terus. Atau cari-cari kesalahan orang lain. Mendingan nyari kesalahan sendiri, biar bisa lebih baik. Enak kan kalo gitu Nak ….

Gunung itu biar diciptakan Tuhan penuh dengan keindahan. Tapi tetap saja bisa dianggap merusak pemandangan bagi sebagian orang. Apalagi buat orang yang pernah “jatuh” di gunung. Pasti ceritanya jelek melulu tentang gunung itu. Begitulah keadaan kita sekarang ini Nak …

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun