“Mengapa tidak boleh cerita yang jelek-jelek?” tanya Surti sendiri.
“Karena cerita jelek pastinya sudah terjadi. Hanya masa lalu. Memang dalam hidup ini, masih banyak orang yang terbelenggu pada masa lalu. Bahkan tidak sedikit, orang yang punya trauma atau pengalaman buruk di masa lalu berubah menjadi orang yang takut untuk berusaha lagi” batin Surti.
Ya. Itu hanya kekhawatiran Surti di bulan puasa. Bisa berlebihan bisa tidak. Tapi mungkin, Surti sedang mengingatkan dirinya sendiri. Berdialog pada batinnya.
Tapi bagi Surti, cerita jelek tentang apapun, siapapun tak lagi berguna. Karena semua itu sudah terjadi? Sudah lewat. Dan segala yang sudah terjadi, yang sudah lalu, tidak bisa diubah lagi. Selain kita mengambil hikmah, lalu mengerjakannya agar menjadi baik.
Puasa akan lebih indah, jika kita bisa membuat dan menciptakan harapan baru. Harapan masa yang akan datang.
“Sungguh, kita harus selalu mau menatap masa depan kita. Tak perlu terbelenggu pada masa lalu. Apapun itu. Akan lebih baik bila kita obrolkan hal-hal yang ada di depan kita. Tinggalin yang ada di belakang” pikir Surti.
Bagi Surti, hidup manusia isinya cuma 3 hal saja; KEMARIN. HARI INI. Dan ESOK.
Apapun yang terjadi KEMARIN sudah berlalu. HARI INI kita menjalani apa yang ada. Dan jauh lebih penting ESOK, kita akan bagaimana?
“Lalu, apa yang harus kita lakukan?” pikir Surti lagi.
“Sungguh, bila kita mau sadari. Tidak ada lagi KESEMPATAN di hari kemarin. Tapi hari ini hanya ada satu KESEMPATAN untuk menjalaninya. Namun esok masih ada lima KESEMPATAN yang akan datang. Apakah kita sudah mempersiapkan diri untuk esok atau tidak?” jawab batin Surti.