Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puasanya Surti: Melihat ke Depan

5 Juni 2016   10:36 Diperbarui: 5 Juni 2016   10:42 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Mengapa tidak boleh cerita yang jelek-jelek?” tanya Surti sendiri.

“Karena cerita jelek pastinya sudah terjadi. Hanya masa lalu. Memang dalam hidup ini, masih banyak orang yang terbelenggu pada masa lalu. Bahkan tidak sedikit, orang yang punya trauma atau pengalaman buruk di masa lalu berubah menjadi orang yang takut untuk berusaha lagi” batin Surti.

Ya. Itu hanya kekhawatiran Surti di bulan puasa. Bisa berlebihan bisa tidak. Tapi mungkin, Surti sedang mengingatkan dirinya sendiri. Berdialog pada batinnya.

Tapi bagi Surti, cerita jelek tentang apapun, siapapun tak lagi berguna. Karena semua itu sudah terjadi? Sudah lewat. Dan segala yang sudah terjadi, yang sudah lalu, tidak bisa diubah lagi. Selain kita mengambil hikmah, lalu mengerjakannya agar menjadi baik.

 

Puasa akan lebih indah, jika kita bisa membuat dan menciptakan harapan baru. Harapan masa yang akan datang.

 

“Sungguh, kita harus selalu mau menatap masa depan kita. Tak perlu terbelenggu pada masa lalu. Apapun itu. Akan lebih baik bila kita obrolkan hal-hal yang ada di depan kita. Tinggalin yang ada di belakang” pikir Surti.

Bagi Surti, hidup manusia isinya cuma 3 hal saja; KEMARIN. HARI INI. Dan ESOK.

Apapun yang terjadi KEMARIN sudah berlalu. HARI INI kita menjalani apa yang ada. Dan jauh lebih penting ESOK, kita akan bagaimana?

“Lalu, apa yang harus kita lakukan?” pikir Surti lagi.
“Sungguh, bila kita mau sadari. Tidak ada lagi KESEMPATAN di hari kemarin. Tapi hari ini hanya ada satu KESEMPATAN untuk menjalaninya. Namun esok masih ada lima KESEMPATAN yang akan datang. Apakah kita sudah mempersiapkan diri untuk esok atau tidak?” jawab batin Surti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun