Kesalahan terbesar dari Nokia hingga hancur adalah TERLAMBAT BELAJAR. Mereka terlena pada kejayaan di masanya. Lupa untuk untuk belajar, membiarkan perubahan. Dan akhirnya kehilangan kesempatan. Termasuk membuang KESEMPATAN untuk bertahan hidup. Terlambat belajar jadi kalah berkompetisi.
Taksi konvensional pun begitu nyatanya. Terlambat belajar, terlambat beradaptasi dengan teknologi. Hingga akhirnya kalah bersaing. Kalah kompetisi dengan layanan aplikasi transportasi online. Hingga marah. Karena merasa terancam hidupnya, merasa disengsarakan oleh orang lain.
Realistis saja, TERLAMBAT antisipasi dan tanpa mau BELAJAR maka secara alamiah kamu pasti kalah KOMPETISI. Sekarang baru tersadar, dan mencari kesalahan pada orang lain. Sungguh wajar dan manusiawi. Saya dapat memaklumi ….
Mengapa kemarahan taksi konvesional terlambat?
Terlambat satu. Karena taksi konvesional selama puluhan tahun hidup dalam “keangkuhan” sebagai penguasa, tidak ada yang menggangu dan konsumen tidak punya pilihan lain selaian taksi konvensional. Hari ini mereka baru tersadar, kalah bersaing. Lalu mencari kesalahan pada orang lain. Meminta pertolongan, entah kepada siapa?
Terlambat dua. Karena taksi konvensional gak pernah menduga akan “lahir” si Uber Taxi, si GrabCar, si GO-JEK atau si GrabBike yang lebih digemari konsumen. Mereka yang baru lahir, memang masih balita tapi membuat konsumen menjadi mudah, cepat, nyaman, terjangkau dan kompetitif. Itulah selera konsumen yang sebenarnya. Kan konsumen adalah raja, maka penuhilah maunya konsumen.
Terlambat ketiga. Karena taksi konvesional terlambat “berkawan” dengan aplikasi teknologi. Gak mau antisipasi untuk menggunakan layanan aplikasi online pada taksinya. Pengusaha dan pengemudi taksi konvesional gak mau berubah dan belajar untuk lebih “customer oriented”. Maka terjadilah seperti sekarang, merasa terganggu karena konsumen mulai “meninggalkannya”.
Ini pelajaran penting. Bukan hanya untuk taksi konvensional. Tapi untuk kita semua manusia. Untuk kamu dan untuk saya.
BELAJAR itu penting. TERLAMBAT itu gak baik. KOMPETISI itu gak haram, harus disiapkan. Hakikat manusia harus terus BELAJAR, gak boleh TERLAMBAT dalam hal apapun agar gak menyesal. Dan bersedia untuk KOMPETISI setiap saat. Jika tidak, maka kehancuran akan mendekat.
Karena proses penciptaan manusia sendiri juga hasil dari kompetisi. Ketika sekitar 250 juta sperma yang dikeluarkan seorang bapak dalam satu kali proses pelepasan. HANYA satu sperma yang berhasil membuahi sel telur. Sperma saja berkompetisi. karena sudah kodratnya. Itupun terjadi setelah sperma-sperma melewati perjalanan sulit di dalam saluran peranakan ibu yang berbelok-belok hingga sampai ke sel telur. Ohh indahnya, kompetisi yang semacam itu ….
Terkadang, prestasi terbaik dalam hidup itu bukan terletak pada MENJADI SESUATU tapi MAMPU MEMPERTAHANKAN SESUATU. Begitulah yang harusnya menjadi mind set taksi konvensional di negeri ini.
Ohh ya, satu lagi. Hidup manusia juga harus REALISTIS. Taksi konvensional juga harus realistis. Artinya harus bisa menerima kenyataan. Hidup penuh dinamika, hidup itu bergerak. Hingga kita harus realistis menyikapinya. Jangan sampai "muka buruk, cermin dibelah". Gak elok, gak apik.