Kamu butuh kompetisi atau kerjasama.
Agak susah menjawabnya. Kompetisi perlu agar hidup punya gairah. Kerjasama juga perlu agar hidup lebih bermakna.
Tapi sayang, hari ini banyak orang lebih senang berkompetisi, bukan bekerjasama. Lebih senang bersaing agar bisa disebut pemenang. Lalu gak mau bekerjasama karena dia ingin menang sendiri. Gak mau menang bersama-sama.Kamu butuh kompetisi atau kerjasama.
Saat pembagian raport sekolah lalu, anak saya memberi tahu hasilnya. Dan bilang, kok di raport aku gak ada rangking-nya?Semua nilai mata pelajarannya bagus. Sebagai orang tua saya bangga. Tapi mengapa tidak ada rangkingnya? Saya gak terlalu mempedulikannya. Mengapa begitu?
Karena saya gak pernah berpikir sedikitpun bahwa sekolah adalah tempat berkompetisi. Sekolah, termasuk kampus buat saya bukan tempat kompetisi, bukan tempat bersaing. Melainkan tempat untuk belajar. Ya, belajar dalam segala cakupan dan pengertiannya.  Tapi sayang, tiap kali bagi raport di sekolah, banyak orang tua yang bertanya pada guru, "anak saya di rangking berapa?"
Â
Bagi sebagian orang tua, mungkin rangking anak lebih penting daripada nilai raport itu sendiri. Tahu anaknya di rangking berapa itu lebih penting daripada mengecek masing-masing nilai pada tiap mata pelajaran.
Â
Kenapa kamu bertanya, anak kamu ada di rangking berapa? Apa pentingnya?
Â
Mungkin, banyak orang tua yang hidupnya hanya untuk berkompetisi. Bukan bekerjasama. Sehingga sekolah atau belajar dianggap kompetisi. Sebuah persaingan.
Â
Kamu mungkin perlu tahu. Kalo kamu yang sedang berkompetisi menguber harta, jabatan atau pangkat gak semestinya itu berlaku di tempat lain. Kompetisi yang selalu kamu bawa-bawa kemanapun kamu berada.
Â