Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

The Power of Syukur; Apa yang Dicari Dalam Hidup Ini?

28 September 2015   16:16 Diperbarui: 29 Januari 2017   09:16 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apapun keadaannya, selalu ada alasan kuat untuk bersyukur. Emang mau apa lagi? Apa lagi yang mau dikejar? Sungguh, dunia gak akan pernah ada cukupnya.

Apa yang dicari dalam hidup ini?

Buka mata di pagi hari berkeluh kesah. Sebelum memejam mata di malam hari teriak lelah. 

Mengeluh karena gak sesuai harapan. Merasa lelah karena yang diperoleh gak sesuai harapan. Sungguh, keluh-kesah itu tanda tidak bersyukur.

Kok bisa gak bersyukur. Tahu gak kamu?
Orang yang hidup di gunung itu merindukan pantai.
Orang yang hidup di pantai merindukan gunung.
Orang yang tinggal di desa, pengen ke kota. Orang yang tinggal di kota, pengen ke desa.
Sungguh aneh, bolak-balik. Kata kamu orang lain enak hidupnya, orang lain juga bilang kamu hidupnya enak. Jadi, siapa yang benar ya...

Kenapa kamu gak bersyukur?
Karena kamu terlalu sering memusatkan diri pada apa yang diinginkan bukan pada apa yang dimiliki. Karena kamu selalu melihat pada orang lain yang banyak nikmat, bukan orang lain yang kurang beruntung. Karena kamu menganggap apa yang dimilki adalah hasil usaha sendiri, seolah Allah gak memberi apa-apa.

Kalau kemarau kita tanya kapan hujan?
Giliran hujan kita tanya kapan kemarau?
Diam di rumah inginnya pergi, setelah pergi inginnya pulang ke rumah.
Waktu tenang cari keramaian.
Waktu ramai cari ketenangan.

 

Waktu masih sendiri mengeluh pengen segera nikah. Sudah nikah, mengeluh belum punya anak. Setelah punya anak mengeluh anaknya nakal, ditambah beratnya biaya hidup dan pendidikan anak. Jadi, kapan bersyukur?

 

Apa aja; pekerjaan, uang, harta, sakit, orang lain, ini, itu dan semuanya paling gampang dikeluhkan. Tiada hari tanpa mengeluh, gak ciamik banget sih kamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun