Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Puasa Kok Nothing Special ...

28 Juni 2015   22:56 Diperbarui: 11 Juni 2016   18:48 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat gak? Kemarin, waktu bulan puasa mau tiba, betapa gembiranya. Euforia menyambut bulan puasa bergelora. Bukan hanya di sanubari, tapi juga melucut sampai ke sarung dan kopiah. Ingin tampil lebih afdhol di hadapan Ilahi Rabbi. Alhamdulillah.

Dan kini, sudah lima hari perjalanan puasa kita lalui. Masihkah semangat kita menggebu-gebu. Bergelora untuk menyantap habis ibadah? Melumat tadarusan. Mengemil zikir.

Bukan malah menyantap makanan ifthar seperti “balas dendam”. Bukan malah sibuk cari makan sana makan sini. Lho emang kenapa? Tentu, agar puasa kita bisa berdampak baik untuk diri kita sendiri, syukur-syukur buat orang lain. Agar jangan sampai kita tidak mendapatkan apa-apa dari puasa, kecuali lapar dan dahaga. Puasa kok nothing spesial...

Puasa harus tetap “special” bagi kita, bagi keluarga kita. Jangan sampai bulan puasa menjadi bulan biasa-biasa saja. Tetap bergairah, semangat menjalani ibadah puasa. Puasa sangat special, sangat keren. Untuk rohani dan jasmani kita sendiri. Jangan sampai kita bilang, “Puasa, nothing special”.

Puasa, nothing special? Kok bisa?

Pasti ada yang salah. Pasti ada yang kurang pada diri kita. Bukankah puasa mengajarkan kita untuk refleksi diri. Dan mampu mengendalikan diri. Itulah special-nya puasa.

Memang bisa jadi, untuk segelintir atau sebagian dari kita. Puasa bisa jadi “nothing special”. Karena disebabkan banyak hal. Kita kurang siap mental untuk masuk di bulan puasa. Kita tidak cukup ilmu untuk menjalani ibadah puasa. Bahkan boleh jadi, kita juga berpikir bulan puasa sebagai bulan yang biasa-biasa saja. Wajar kalo akhirnya, puasa menjadi nothing special.
Puasa nothing special, puasa tidak ada yang berubah. Kok bisa?

Sebut saja, bagi kita yang tidak mampu memenuhi target 1 kali saja khatam Al Qur`an. Meski 1 kali saja, kita tetap tidak bisa khatam baca Al Qur’an. Ya, tentu puasa menjadi nothing special. Apalagi di bulan lainnya, di bulan puasa saja kita tidak mampu. Khatam Al Qur’an hanya sebatas nasehat dan ceramah yang selalu bergeming di telinga kita.

Puasa, makin jadi nothing special karena puasa kita hanya sebatas menahan lapar dan dahaga. Berpuasa belum jadi sarana tarbiyah untuk kita berperang melawan keinginan yang berlebihan, melawan hawa nafsu. Kita sering gagal meredam hal-hal buruk yang telah mentradisi dalam kehidupan sebelum puasa, terlalu sedikit melazimkan kesabaran.

Puasa nothing special bagi mereka yang tidak bisa “move on” dari penyakit hati dan pikiran, dan dari hal-hal kecil yang jelek yang mungkin sering kita lakukan. Puasa terlalu dianggap hal yang biasa....

Bagi sebagian kita, puasa memang ibadah yang berat. Tapi jangan sampai puasa menjadi nothing special. Karena kita terlalu banyak menghabiskan malam untuk begadang, ngobrol hingga waktu sahur tiba. Menyita waktu untuk yang sia-sia. Malam-malam puasa akan sangat special karena kita mau menghidupkannya dengan tadarus, zikir, i'tikaf dan sebagainya yang indah-indah secara ruhaniah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun