Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Only a Cup of Respect

23 Maret 2013   16:48 Diperbarui: 12 Juli 2016   19:02 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa saja itu bisa terjadi pada siapapun. Entah baik, entah buruk. Memang hidup, silih berganti. Cuma sikap banyak orang yang "tidak pas" menanggapinya. Ada yang hilang?

 

Kita hanya butuh sikap respek; berusaha mengerti apa yang terjadi. Menaruh hormat atas apa yang terjadi. Itu saja cukup. Gak usah nambah-nambahin dan bikin makin gak jelas ya ....

 

HIDUP itu gak perlu perfect yang penting respect. Gak perlu sempurna yang penting bahagia.

 

[caption caption="Sumber: Pribadi - Only a Cup of Respect"][/caption]

Coba deh tanya pada diri sendiri. Apa utang kita yang paling besar pada keluarga atau orang lain?

Kalo boleh jujur, saya akan jawab: RESPEK, sebuah sikap untuk menghargai dan menghormati orang lain. Menaruh hormat pada apapun, siapapun.

 

Karena sekrang kita udah susah banget untuk RESPEK.

Respek terlalu mudah untuk diucapkan. Tapi sulit dilakukan. Banyak orang sudah gak mau respek satu sama lainnya. Saling mencari kesalahan, saling menjatuhkan, saling menghujat. Entah apa yang dituju?

RESPEK, sudah hampir hilang di dekat kita. Mungkin karena gengsi, ego, atau kesombongan kita.

 

Kamu sudah gak respek. Kamu susah banget untuk respek pada orang lain.

Mengapa masih ada permusuhan? Mengapa harus saling hujat? Mengapa kamu gak senang pada orang lain? Atau left dari grup WA/BBM? Hingga kamu gak peduli pada orang lain? Kenapa semua itu bisa terjadi.

 

Presiden sama mantan presiden saling sindir. Calon Gubernur saling mencaci-maki. Orang tua yang doyan membentak anak. Guru yang gak peduli pada muridnya. Kawan yang gak mau bertegur sapa. Orang yang tajassus, mencari-cari kesalahan orang lain. Lebih senang berprasangka buruk. Itulah yang sering terjadi saat ini. Itu artinya, sudah tidak ada lagi SIKAP RESPEK di antara kita.

 

Kita sudah gak respek. Sikap respek inilah yang makin lama makin jauh dari masyarakat kita. Sikap menghargai atau menghormati diri sendiri atau orang lain akan jadi “barang langka”. Hari ini sikap respek jadi makin mahal. Apalagi 10 tahun, 20 tahun yang akan datang. Makin ke mari malah makin gak respek. Maka, kembalikanlah sikap RESPEK yang hampir hilang  di tengah kita.

[caption caption="Sumber: Pribadi - Only a Cup of Respect"]

[/caption] 

AYO RESPEK sekarang. Untuk soal apa saja, untuk siapa saja. Respek untuk diri sendiri. Respek untuk orang lain. RESPEK lebih baik daripada CUEK.

 

Sebagai orang tua, kita ingin respek terhadap anak atau sebaliknya. Sebagai bawahan di kantor kita juga berharap mendapat respek dari atasan atau sebaliknya. Sebagai teman, gimana cara kita bisa saling respek. Di lingkungan rumah, kita juga ingin ada “budaya respek” yang dibangun masyarakatnya. Ohh, indahnya bila kita mampu membudayakan “sikap respek” pada semua sisi kehidupan kita.

 

Emang sih gak ada orang yang “sempurna”. Tapi gak salah kan jika kita berusaha untuk respek. Mulai mengedepankan sikap menghargai, sikap menghormati kepada orang lain. Itu saja, tidak lebih tidak kurang, hanya respek .... Only a cup of Respect !

 

Mengapa harus RESPEK?

Ya karena dengan respek, kita bisa membangun hubungan yang ajeg, yang berkelanjutan. Respek menjadikan kita lebih tulus dan ikhlas dalam bergaul, lebih bisa berdamai dengan kenyataan.

Respek membuat orang lain nyaman di dekat kita. Sikap respek, sungguh bisa menjadikan orang lain merasa mereka penting di dekat kita.

 

Jadi ingat kata Les Giblin:

Anda tidak bisa membuat orang lain merasa penting di dekat Anda jika diam-diam merasa bahwa ia bukan siapa-siapa.

 

Ketahuilah, siapapun kita adalah bukan siapa-siapa. Lalu mengapa sok atau merasa apa-apa. Sungguh, kita perlu sikap respek pada orang lain. Kenapa sih kamu respek aja susah banget.

 

 

Uang, harta, kaya, pangkat atau jabatan, sungguh menjadi tak guna jika tidak diiringi oleh sikap respek.

Gak ada gunanya, apa yang kita miliki jika tidak diimbangi sikap respek. Kita butuh untuk saling menghormati, saling menghargai.

Apalagi sekarang banyak orang bilang “senang” padahal “tidak senang” dan sebaliknya. Banyak orang saling mencari kesalahn orang lain, saling menghujat. Itu semua terjadi karena kita gak punya sikap respek. Setuju gak...??

 

Setiap kita memang punya target atau keinginan. Tapi bukan berarti kita harus mengabaikan sikap respek.

Kita sering lupa mengucapkan terima kasih untuk hal-hal yang ringan. Kita juga suka marahin anak atau orang lain karena hal yang sepele. Sudahlah, hari ini kita hanya membutuhkan ‘self respect’ dan “our respect”. LEBIH RESPEK untuk apapun.

 

 

RESPEK itu sederhana kok. Bisa dimulai dengan kata-kata.

Selalu bilang TERIMA KASIH. Berani bilang MINTA MAAF jika salah. Katakan TOLONG saat meminta bantuan. Selalu menghormati KEPUNYAAN orang lain. Hingga menghargai WAKTU yang kita punya. Membangun kata-kata positif dalam hidup sehati-hari. Berani untuk menerima kenyataan. Itu saja berarti kita sudah respek.

 

 

Kalo ada orang yang tidak bisa menerima keadaan dirinya, tidak menghargai dirinya sendiri.

Itu terjadi karena tidak punya sikap respek. Mengeluh, suka bermusuhan, atau merasa tersiksa dalam hidup adalah gejala kurangnya sikap respek. Apa yang kita alami, maka kita harus siap menerima. Apa yang kita rasakan, hargailah kondisi itu. Itu semua masih lebih baik daripada mengeluhkannya. Karena kamu HEBAT maka kamu mengalaminya ...

 

Kita butuh sikap RESPEK.

Respek pada diri sendiri, baru respek kepada orang lain. Kita harus ramah dan cinta pada diri sendiri dulu, baru ramah dan cinta kepada orang lain. Sekali lagi respek. Sikap untuk menghargai orang lain, sikap untuk menghormati apa yang terjadi pada orang lain. Sikap untuk memahami yang terjadi, tidak sependek yang kita pikirkan.

 

Terus gimana dong biar bisa RESPEK?

Ada banyak cara kok yang bisa dilakukan. Asal mau saja untuk respek. Respek bisa terjadi jika kita 1) mau menerima diri apa adanya, 2) menghindari sikap dan perilaku yang merusak diri, seperti ugal-ugalan di jalan, 3) memupuk rasa malu, 4) menjaga nama baik, 5) menjaga perilaku tetap baik, 6) mengenali diri sendiri, 7) bangga diri sebagai Ciptaan Tuhan, 8) sadar bahwa manusia itu unik, 9) mau mengalah dan meminta maaf, dan 10) berubahlah ke arah yang lebih baik.

Kadang mengalah dan meminta maaf itu lebih baik, daripada menjelaskan segalanya kepada orang yang tak mau mengerti. Itulah respek

 

Gak hanya di situ. Respek juga bisa jadi budaya masyarakat. Apabila kita mau: 1) memahami sifat dan karakter orang lain, 2) menciptakan spirit hidup yang positif, 3) fokus pada kekuatan bukan kelemahan orang lain, 4) berkomunikasi secara empatik, mengerti dulu baru minta dimengerti, 5) lakukan pujian yang tulus dan teguran yang tepat, dan 6) memulai untuk kebaikan.

 

 

Jadi, sekali lagi, mari kita bangun sikap respek, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Jangan biarkan masyarakat kita “kehilangan’ sikap respek. Sehingga kamu jadi individualis, jadi gak peduli. Respek penting. Karena manusia pasti punya kekurangan. Tapi di saat yang sama, kita juga punya potensi dan kemampuan untuk menjadi “lebih baik”. 

 

Jika pun harus terjadi, setelah respek maka kamu harus lebih SABAR.

Karena orang yang kuat hatinya, bukan mereka yang tidak pernah menangis. Melainkan orang yang tetap tegar ketika banyak orang menyakitinya.

 

Mulai sekarang, katakan: "Saya ingin lebih Respek" pada apapun, pada siapapun.

Now or Never .... Respect is what we owe; love, what we give !! 

 

Respek, sebuah sikap menghormati sebelum dihormati. Sebuah sikap menghargai sebelum minta dihargai.... #BelajarDariOrangGoblok

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun