Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Puasanya Surti (1): Minta Maaf & Tahan Diri

30 Juni 2014   00:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:15 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Betul kata ibumu Nak” Tono ikut menyahut.

“Dengan puasa, kita menahan diri dari perbuatan yang dilarang Allah SWT. Paling minimal, menahan diri agar puasa kita tidak batal. Percuma kan kita puasa, tidak makan, tidak minum tapi kita tidak mendapat pahala-Nya. Jadi, kita perlu latihan menahan diri. Menahan diri dari hiruk pikuk dunia”

Ya. Menahan Diri. Dengan menahan diri kita pada akhirnya dapat mencapai tujuan puasa, yaitu 1) secara vertikal, agar menjadi orang yang bertaqwa, meningkatkan keimanan, dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan 2) secara horizontal, ikut merasakan apa yang dialami orang miskin, yang hanya bisa makan satu kali sehari. Karena mereka tidak mampu untuk membeli makanan yang layak.

Puasa. Bisa kita katakan momentum untuk istirahat sejenak dari keduniaan. Lebih dekat pada Allah SWT dengan mengerjakan yang sunah, apalagi yang wajib. Sambil kita menambah energi kepedulian sosial untuk berbagi kepada mereka yang kelaparan. Atau yang ekonominya kurang beruntung.

“Berpuasalah Nak. Setidaknya ada 2 yang baik di situ. MINTA MAAF dan Mau Menahan Diri” ujar Tono singkat.

Renungan:
- Sudahkah kita minta maaf kepada orang tua, suami/istri.anak, dan orang sekitar kita?
- Maukah kita menahan diri dari hiduk pikuk dunia?
- Apa yang kita lakukan di bulan puasa yang tidak kita lakukan di bulan lain?

“Puasa adalah perisai yang akan membentengi diri seseorang dari api neraka (HR. Thabrani).” lalu mengapa kita, “merasa bosan bila imam Sholat Tarawih kelamaan bacaannya, sementara kita tak pernah bosan menonton serunya laga sepakbola favorit kita walau hingga perpanjangan waktu”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun