“Betul kata ibumu Nak” Tono ikut menyahut.
“Dengan puasa, kita menahan diri dari perbuatan yang dilarang Allah SWT. Paling minimal, menahan diri agar puasa kita tidak batal. Percuma kan kita puasa, tidak makan, tidak minum tapi kita tidak mendapat pahala-Nya. Jadi, kita perlu latihan menahan diri. Menahan diri dari hiruk pikuk dunia”
Ya. Menahan Diri. Dengan menahan diri kita pada akhirnya dapat mencapai tujuan puasa, yaitu 1) secara vertikal, agar menjadi orang yang bertaqwa, meningkatkan keimanan, dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan 2) secara horizontal, ikut merasakan apa yang dialami orang miskin, yang hanya bisa makan satu kali sehari. Karena mereka tidak mampu untuk membeli makanan yang layak.
Puasa. Bisa kita katakan momentum untuk istirahat sejenak dari keduniaan. Lebih dekat pada Allah SWT dengan mengerjakan yang sunah, apalagi yang wajib. Sambil kita menambah energi kepedulian sosial untuk berbagi kepada mereka yang kelaparan. Atau yang ekonominya kurang beruntung.
“Berpuasalah Nak. Setidaknya ada 2 yang baik di situ. MINTA MAAF dan Mau Menahan Diri” ujar Tono singkat.
Renungan:
- Sudahkah kita minta maaf kepada orang tua, suami/istri.anak, dan orang sekitar kita?
- Maukah kita menahan diri dari hiduk pikuk dunia?
- Apa yang kita lakukan di bulan puasa yang tidak kita lakukan di bulan lain?
“Puasa adalah perisai yang akan membentengi diri seseorang dari api neraka (HR. Thabrani).” lalu mengapa kita, “merasa bosan bila imam Sholat Tarawih kelamaan bacaannya, sementara kita tak pernah bosan menonton serunya laga sepakbola favorit kita walau hingga perpanjangan waktu”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H