Gak tau kenapa, kamu tuh suka banget bikin berantem si Rencana vs si Prasangka?
Kamu yang bikin rencana, tapi kamu juga yang berprasangka. Segudang rencana. Segudang prasangka. Merasuk di pikiran banyak orang. Kalo dipikir-pikir. Kok bisa ya, punya rencana tapi juga punya prasangka. Mungkin kepintaran. Seperti pepatah, sambil menyelam minum air. Sambi berencana, sambil berprasangka. Kalo prasangka baik gak masalah. Tapi yang ada, prasangkanya buruk. Ya elahh... Gimana mau jalan tuh rencana, kegilas ama prasangka sendiri. Ngerti gak?
[caption id="attachment_388138" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Pribadi - Rencana vs Prasangka"][/caption]
Jujur saja, berapa banyak dari kita yang gagal dalam berencana?
Bisa jadi, karena banyaknya prasangka di seputar rencana itu. Eksekusinya belum banyak, tapi tuduhannya sudah kelewat batas. Rencana belum dijalanin, udah ketakutan duluan sama prasangka sendiri. Hebat banget sih kamu, rencana belum dijalanin, tapi prasangkanya sudah menumpuk. Akibatnya cuma satu: GAGAL. Gagal untuk semua rencana yang telah dibuat.
Kata para PILOT, “musuh besar” mereka di angkasa adalah awan kumulonimbus (awan CB). Jika benar, tuduhan itulah yang menjadi sebab musibah Air Asia QZ 8501 yang lalu. Nah kalo disadari, mungkin “musuh besar” setiap manusia juga ada, yaitu “prasangka buruk”. Mengapa bisa? Ya. Karena prasangka buruk selalu ngajak pemiliknya untuk bersikap negatif, penuh rasa curiga, dan akhirnya membuat diri sendiri tidak nyaman. Untuk diri sendiri saja berprasangka buruk, apalagi untuk orang lain. Sekali lagi ahh, ya elahhh....
Rencana versus Prasangka ....
Serem banget sih, prasangka buruk. Ya, karena orang yang berprasangka buruk selalu curiga. Bukan hanya pada dirinya sendiri tapi juga orang lain. Merasa tidak mampu, merasa tidak layak, merasa terancam oleh sebab yang tidak jelas. Kita hampir lupa, prasangka buruk itu adalah segudang perasaan yang sifatnya cuma angan-angan. Merasa terancam oleh bahaya yang sebenarnya tidak ada. Jika itu yang terjadi, hancurlah semuanya. Hancur rasa percaya, hancur batin. Akhirnya, tumbuhlah kepribadian seseorang yang buruk. Pesimistis dan gak mau berbuat apa-apa. Terlalu banyak prasangka. Ya elahhh ....
Seperti yang terjadi di bangsa ini, Presiden atawa Gubernur lagi kerja aja udah direcoki dengan prasangka buruk. Jangankan Presiden, rakyat jelata juga sebagus apapun akhlaknya dan sehebat apapun akalnya tidak akan bisa bekerja bila selalu direcoki oleh prasangka buruk. Jangankan negara, bertetangga juga kalau isinya prasangka buruk bawaannya mau “perang” melulu. Berteman juga kalo yang dipikir prasangka buruk, lama-lama temannya males keless. Boro-boro nolong dan berbuat yang baik kalo isinya prasangak melulu... Ya elahhh....
Sahabat, gak usah deh bikin berantem "rencana vs prasangka" ...
Ketahuilah “prasangka buruk” sungguh tak pantas dijadikan amunisi untuk "menembak jatuh" diri sendiri atau orang lain. Dalam bingkai yang lebih besar; negara dan solidaritas sosial itu pasti hancur jika dikotori oleh prasangka buruk. Apapun namanya, kebersamaan, kekeluargaan, pertemanan akan hancur bila orang-orang yang membangunnya, di saat yang sama mengerogotinya dengan virus prasangka buruk.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!