Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Terpenjara Pikiran Sendiri

15 Februari 2015   16:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:09 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14239666092145247323

Kita pasti gak mau masuk penjara kan?

Iya karena takut. Takut gak bebas lagi hidupnya. Takut hidup sendirian di penjara. Kok bisa ya. Jangan-jangan lebih takut masuk penjara daripada masuk neraka. Duh, serem banget sih.

Kita memang sering lupa. Takut di penjara hanya sebatas fisik doang. Padahal, berapa banyak dari kita yang sudah memenjarakan pikirannya sendiri? Ya. Terpenjara oleh pikiran sendiri. Gak bisa ini, gak bisa itu. Gak boleh ini, gak boleh itu. Lalu bilang, gak bisa dan gak mungkin. Karena kita terpenjara oleh pikiran sendiri.

[caption id="attachment_397084" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Pribadi - Terpenjara Pikiran"][/caption]

Memang, kita sedang tidak di penjara yang ada besi teralisnya. Tapi kita, seringkali memenjarakan diri dengan kiran kita. Iya gak? Gak tau deh. Jawab aja sendiri.

Terpenjara pikiran. Kita terlalu mudah untuk berkata-kata: TIDAK MUNGKIN kita bisa menulis setiap hari karena gak bisa nulis. TIDAK BISA beli rumah lagi karena kebutuhan makin banyak sedang gaji pas-pasan TIDAK MAU belajar lebih giat lagi karena juara di kelas sudah pasti teman yang pintar. TIDAK BERANI bikin perubahan karena takut dicemooh orang banya yang merasa udah nyaman selama ini. Sekali lagi, kita telah memenjarakan pikiran kita sendiri. Mengurung diri dengan pikiran sendiri, uhhhh. Kebanyakan GAK BISA-nya. Sulit sulit sulit sekali. Kita tak mungkin bisa berdiskusi lagi. Iya gak? Gak tau ahh, nanya mulu.

Kita yang mengrira gajah hanya bisa jalan pelan. Sama sekali tidak. Gajah liar kalo udah ngamuk sangat dahsyat. Ia mampu berjalan lebih dari 40 km per hari, merusak kampung. Mampu merobohkan pohon besar. Tapi gajah liar tidak akan bisa apa-apa kalo kakinya sudah di rantai, diikat.

Gajah yang sangat kuat merasa tidak bisa apa-apa, tidak bisa bebas jika ada “sesuatu” yang mengikat kakinya, sekalipun hanya diikat seutas tali kecil. Menghancurkan kampung bisa, tapi diikat di tiang kecil tak mampu berbuat apa-apa. Begitulah cara pikiran memenjarakan diri kita.

Sungguh, kita sering terpenjara oleh pikiran kita sendiri. Yang penting bilang TIDAK. Pikiran sempit.. Sayang sekali, kita terjebak oleh cara pikir “dunia dan manusia”. Kita lupa ada kekuatan “langit dan Ilahi”. Konsep “kebenaran” kita terlalu sempit ... lalu tidak mau berbuat lebih.

Jadi, apa yang harus kita lakukan biar gak terpenjara pikiran?

Segera BUANG “rantai gajah” yang masih bercokol dalam pikiran kita. Bebaskan diri dari penjara pikiran kita. Agar mampu menembus berbagai keterbatasan. Kalo tubuh kita tidak sedang di penjara, maka pikiran kita juga jangan di penjara.

Hari ini, kita gak bisa lagi bermalas-malasan, lalu menyiapkan seribu alasan untuk bilang TIDAK BISA. Apalagi menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain, pesimis, pasrah dan mengharapkan keajaiban datang. TIDAK, kita bisa memilih ini, memilih itu dan meraihnya. Dan jangan lupa, setelah itu bersyukur pada Tuhan. Kita BISA karena kita mau berpikir positif. Lalu menjadikan setiap kesempatan sebagai sesuatu yang penuh makna.

Sakit memang, lelah memang, tapi lebih sakit dan lelah saat kita terpenjara pikiran sendiri. Ingat, hidup kita akan lebih baik kalau kita hidup dengan cara yang kita pilih sendiri, bukan atas pilihan orang lain untuk kita. STOP Penjarakan Pikiran !!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun