Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Negeri Doyan Kisruh ...

28 Februari 2015   04:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:23 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1425047739750843409

Aneh, negeri ini. Bukannya doyan kuliner, malah doyan kisruh.

Gemar alias suka sekali kisruh. Belum usai kisruh KPK vs Polri, sekarang kisruh Ahok vs DPRD DKI. Emang gak ada kedoyanan lain apa?

Doyan kok kisruh. Partai-partai kisruh, versi A lah, versi B lah. Sampe Liga Sepakbola ISL juga kisruh. Apa aja pengen dikisruhin. Entahlah, kenapa kita doyan kisruh? Apa sih untungnya kisruh?

[caption id="attachment_400022" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Pribadi - Negeri Doyan Kisruh"][/caption]

Kisruh alias kacau. Tidak beres. Atau penyimpangan. Namanya juga kisruh, gak ada positifnya. Yang berurusan dengan kisruh, bawaannya emosian. Yang nonton atau baca kekisruhan juga akhirnya bisa terpancing. Lantas, ngasih komen malah nambahin kisruh. Ang lain jadi ikut-ikutan kisruh. Pucing pucing pucing.

Entahlah, kapan negeri ini berhenti dari kisruh. Maaf ya, bukan kita anti kisruh. Kisruh ya boleh-boleh saja. Kan emang hidup gak ada yang sempurna, jadi sekali-sekali kisruh gak apa. Asal jellas duduk perkara dan pake hati nurani. Tapi yang mengerikan itu, kisruh dasarnya dendam, emosi yang aji mumpung. Bawaannya bedebat, betengkar, akhirnya doyan kisruh. Gak henti-henti, yang penting beda pendapat, ngotot, dan kisruh. Begitu teruss, apaan sih yang mau “dimenangin”?

Kita cuma khawatir aja, kisruh akan jadi bahaya laten. Secara gak sadar, hidup yang semakin egosentris, akhirnya bikin tiap individu maunya mementingkan kepentingan sendiri. Nah, puncaknya pasti doyan kisruh. Akhrnya, kita jadi senang menyelesaikan setiap perbedaan dengan cara-cara kisruh. Cara-cara ngomel, ngotot dan emosi yang dipublikasikan ke banyak orang. Kisruh kok ditnton banyak orang.

Sudahlah, hentikan doyan kisruh. Gak ada untungnya gemar kisruh. Hidup ini udah berat. Orang miskin masih banyak, gedung sekolah yang gak layak masih banyak, lebih baik pikirin mereka. Buat apa mempertontonkan kisruh. Emang gak bisa apa, hidup dengan penuh toleransi walau pendapat berbeda. Beda itu indah, tapi harmoni itu lebih indah. Sok tau ...

Kalo kata agama, kisruh itu “Jidal”. Sebutan buat orang-orang yang doyan bertengkar. Kisruh atau jidal itu perbuatan tercela. Apalagi, kisruh karena yang satu bela kebenaran, yang satu lagi mempertahankan kebatilan. Woii, ini soal moral, soal hati nurani. Gak usah karena ditonton atau didukung banyak orang jadi doyan kisruh.

Oke, stop kisruh. Gak usah kisruh diperpanjang dan dipertontonkan. Karena negeri dan orang yang doyan kisruh cuma akan menimbulkan kehancuran dan kebinasaan. Ya, hancur lalu binasa. Jadi, mulai aja dari diri kita sendiri untuk bertindak tidak kisruh, lebih mencintai toleransi dan harmoni. Masih banyak cara kok untuk menyatakan kebenaran yang lebih baik, ketimbang kisruh. Ciamikk, stop kisruh !!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun