Mohon tunggu...
Syarif Syam
Syarif Syam Mohon Tunggu... Petani & Enterpreneurship -

"Poleka ri Laleng Winru, Tenreng Ku Tuju Mata, Balinna Sulessaqna" (Aku Datang dari Sebuah Perubahan Mencari Satu Titik Pencerahan Membangun Singgasana)

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Si Putri dan Pangeran Tampan

20 Desember 2014   17:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:52 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari disebuah dusun yang jauh dari keramaian hiduplah seorang putri. Dia merupakan anak kepala kampung di dusun itu. Putri tersebut memiliki wajah yang cantik nan menawan. Selain itu juga berhati mulia. Dia sangat penyayang kepada manusia maupun makhluk lainnya. Karena kebaikan hati sang putri itulah banyak pemuda yang menaruh hati padanya. Namun keinginan hati mereka hanya dipendam. Tak ada keberanian mengungkapkan perasaannya kepada Sang Putri. Padahal dia sendiri sangat berharap ada diantara pemuda yang mau jadi pendampingnya. Apalagi mengingat usianya sudah cukup dewasa. Tapi harapan itu tak pernah terkabulkan. Namun setiap saat Sang Putri tidak lupa berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar segera dipertemukan dengan jodohnya.

Diwaktu malam yang sangat dingin Sang Putri bermimpi. Dalam  mimpinya dia bertemu dengan seorang pemuda tampan di taman dekat hutan halaman rumahnya. Lelaki yang dia lihat dalam mimpinya itu berkulit putih serta memakai pakaian kebesaran ala pangeran kerajaan. Tak ada cacat sedikit pun. Baru saja pemuda itu akan mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan Putri tiba-tiba angin bertiup kencang dan menerbangkannya masuk ke dalam hutan. Sang Putri menjerit. Dia kemudian terbangun. Diingatnya kembali mimpinya yang barusan dialaminya.

“Pangeran Tampan!” desisnya dalam hati.

Dia berencana akan mencari Pangeran itu dalam hutan besok pagi. Namun muncul kembali kekuatiran dalam dirinya. Pangeran tampan diserap masuk ke dalam hutan. Sementara hutan itu adalah hutan larangan. Orang dilarang bermain-main disana.

“Jangan coba-coba masuk bermain di hutan sana. Itu berbahaya. Disana banyak malapetaka mengintai setiap ada yang berani menginjaknya.” Begitu kata tetangganya setiap mendekati hutan tersebut.

***

Pagi-pagi sekali Sang Putri nampak rapi. Dia akan masuk ke hutan tatkala matahari sudah naik setinggi tujuh tombak. Perlahan-lahan dia mendekati hutan larangan dekat taman. Dia melesat masuk ke dalam hutan. Hilang rasa takutnya seketika di hutan larangan. Yang dia harap hanyalah agar bisa bertemu dengan Pangeran Tampan seperti dalam mimpinya.

Nampak olehnya pohon-pohon tumbuh meninggi. Batangnya besar-besar. Kelihatannya memang seram. Tapi dia merasa tidak ada keanehan di hutan ini. Malah suasana sejuk dan nyaman terasa. Dari jauh sayup-sayup kedengaran suara dibalik pohon yang sangat besar. Segera dia mendekati pohon besar itu. Dia melihat sebuah lubang besar dalam batang pohon itu. Sebuah Kelinci putih yang lucu. Sang Putri menjulurkan tangan dan menangkapnya. Kelinci diam dan menurut.

“Kelinci yang manis. Kasihan kau hidup sendiri. Kenapa kau disini? Kok malah aku ketemu denganmu. kenapa bukannya pangeran tampan seperti yang kutemui dalam mimpiku.” Katanya kepada kelinci.

Kelinci hanya geleng-geleng kepala. Sang putri kembali mendengar ada suara mendekat. Bukan suara kelinci itu. Dia melihat jauh ke depan. Seekor Serigala dengan mata menyala dan buas mendekati sang putri. Sang Putri panik. Dipegangnya erat-erat kelinci dan berusaha lari keluar hutan. Tapi Serigala malah mengejar sang putri. Semakin mendekat Serigala itu kepadanya. Dipercepat larinya. Tapi alhasil dia dijerat rumput yang tumbuh menjalar dan terjatuh. Kelinci lepas. Dia berteriak minta tolong.

“Tolong!” Teriaknya.

Tapi sayang teriakannya tak berarti. Tak satupun mendengarnya. Dia seakan sudah tercabik-cabik oleh gigitan serigala. Pikirannya gelap. Seperti kiamat terjadi padanya. Tapi kenyataan malah berkata lain. Dirinya masih dalam posisi tertelungkup. Dia merasa baik-baik saja. Tak ada rasa sakit ataupun rasa digigit oleh serigala. Segera dia balik badannya. Terlihat disebelahnya Serigala mati dan berlumuran darah. Sang Putri kaget. Diperhatikan sekelilingnya, mencari Kelinci yang lepas darinya. Namun malah dia melihat seseorang berdiri tak jauh darinya. Dia sedang memegang parang panjang. Dialah yang memenggal leher serigala itu sehingga tidak jadi mengoyak tubuh Sang Putri. Seorang pemuda seperti yang dia lihat dalam mimpinya. Sangat tampan dan rapi. Dikucek-kuceknya matanya. Barangkali dia bermimpi kembali. Namun jelas bahwa ini bukan mimpi. Dicubit lengannya, masih terasa sakit. Pemuda tampan itu mendekati dan mengulurkan tangannya membantu Sang Putri bangkit.

“Terima kasih sudah menolongku. Kamu siapa?” Tanya sang Putri.

“He…he, kau pasti tidak percaya kalau kukatakan bahwa akulah yang barusan kau tolong di dalam lubang pohon kayu itu.” Kata pemuda tampan sambil menunjuk pohon tempat kelinci tadi.

“Hah, jadi kaulah Kelinci Putih itu?” jawab Sang Putri.

“Iyya, akulah kelinci itu. Aku telah dikutuk oleh Ayahku yang juga raja di negeri ini. Dia mengutukku jadi kelinci ketika masih umur tujuh tahun karena melakukan sebuah pelanggaran besar. Tapi kutukan akan lepas pada umur dewasa jika seorang perempuan sebaya denganku datang menolong keluar dari lubang besar. Dan sekarang kaulah perempuan penolongku. Maka sebagai balasannya akan kupersunting kau jadi istriku.” Kata Pemuda tampan itu.

Sang putri terdiam mendengar kata-kata pemuda itu. Ternyata dialah Pangeran tampan seperti dalam mimpinya.

“Mari kita ke istana kerajaan. Ayahku pasti sudah menunggu kita.” Ajak Pangeran Tampan.

Akhirnya, Sang Putri pun hidup bahagia di istana kerajaan bersama Ayahnya yang hanya kepala kampung. Itu semua berkat kebaikan Sang Putri yang suka menolong.

Oleh : Syarif Syam

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun