Mohon tunggu...
Syarief Budi Aji[SBA]
Syarief Budi Aji[SBA] Mohon Tunggu... lainnya -

Rakyad sejati yang golput dan ingin mewujudkan tatanan Negara adil dan makmur berdasarkan firman Tuhan. Tidak punya aji mumpung dan ikut-ikutan. Dan berkeyakinan; Bahwa manusia pilihan Tuhan berbeda dengan manusia pilihan rakyat yang cuma ikut-ikutan memilih. \r\nSumber mulya,Talisayan, Berau, KALTIM.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kedatangan Raja/Ratu Adil di Antara: Mungkin dan Tidak Mungkin

3 Januari 2012   03:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:25 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang, sampai orang tersebut bisa merubah nasib nya sendiri. Ini kata dalil yang sudah sering di dengar orang. Arti dalil ini, tentu termasukk nasib bangsa: Suatu bangsa tidak akan berubah sampai bangsa tersebut berusaha dan mampu merubah nya. Bila kita berbicara masalah perubahan, tentu ada beberapa hal yang perlu kita pikirkan. Baik ada atau tidak nya , datang atau tidak nya sang pembawa perubahan, yang di harapkan rakyat yaitu sang Raja/Ratu adil.

1.Apanya yang perlu di rubah

2.Kemana tujuan prubahan

3.Kapan waktunya merubah.

Mari kita berfikir, seolah-olah kita berusaha merubah tatanan rumah. Kalau rumah yang di bangun kakek-nenek kita sudah jelas dan mapan dari dulu. Mulai dari pondasi, dinding, ruang tamu, kamar tidur, dapur, kamar mandi, gudang dan lainya smua sudah mapan. Apanya yang perlu di rubah. . .? tentu jawab nya tergantung kita sendiri. Mungkin ada yang berpendapat; Kurang adil nya pembagian kue di dalam rumah tersebut. Berarti tidak perlu merubah rumah, tetapi yang perlu Cuma keadilan pembagian kue. Berarti hanya perlu merubah moral.

Tapi yang lain berfikir; Bagaimana mungkin bisa adil, wong yang kamar sebelah kiri di bikin sempit yang sebelah kanan di bikin lebar. Memang kita mendapat kue yang sama, tapi perasaan kita tidak sama karena tinggal di kamar yang sempit ,tentu pengat . walaupun di lihat dari luar kelihatanya enak tinggal di rumah yang besar.

Walau pun semua sudah di nilai sebagai kesempurnaan oleh sebagian kita, tetapi kalau sebagian kita yang lain punya gambaran yang lebih bagus, alangkah baik nya bila kita semua mau duduk bersama untuk membahas perubahan tersebut,. Perlu kah di rubah atau tidak perlu kah perubahan tatanan rumah tersebut . . .? . Begitu pun masalah bangsa.

a.Apanya yang perlu di rubah: Selain masalah moralitas; Yang bertujuan supaya adil membagi kue kemerdekaan, menurut saya;Ideologis bangsa juga sangat perlu di pikirkan. Karena , seperti yang banyak di langsir beberapa pengamat tentang goulput, orang banyak gulput karena masalah ideologi. Selain masalah pribadi tentunya. Ideologi bangsa memang sudah sangat mapan menurut sebagian kita. Tetapi sebagian kita yang lain belum tentu. Contoh nya :keTuhanan yang maha esa. Artinya Tuhan yang maha satu atau Tuhan itu hanya satu. Mungkin sebagian orang menilai tepat. Tapi yang lain belum tentu. Karena ada yang percaya pada Tuhan Trinitas, dan sebagainya. Apa tidak mungkin di ganti dengan: KeTuhanan yang maha kuasa. Supaya mempunyai arti yang tidak pengap. Dengan keTuhanan yang mahha kuasa, semua tentu di harap bisa menerima. Biar satu kek, dua kek, tiga kek, yang penting kuasa. Seperti pernyataan; Ayah ku satu . . .!yang lain bilang; Ayah ku kuasa . . .! disini dia akui sebagai kekuasaan yang harus di akui dan di taati. Bukan masalah jumlah nya. biar satu kalau di tidurkan; Lalu siapa yang berkuasa tentu juga orang lain. Lain hal nya kalau ayah ku kuasa. Biar berapa jumlah nya, kalau memang yang di akui kekuasaanya yang bersifat Absolut tentu di patuhi oleh semuanya. Karena yang namanya peraturan dari sang pengatur itu sudah di bakukan dan di bukukan. Ini sekedar contoh.

b.Kemana tujuan perubahan: yang jelas dan yang pasti ke arah yang lebih baik. Tetapi yang perlu kita pikirkan adalah; Kebaikan yang seperti apa . . .? karena kebaikan itu menurut pendapat saya, ada tiga hal: 1. Kebaikan pribadi. 2.Kebaikan umum. 3.Kebaikan/kebenaran Tuhan. Mungkin ada sebagian kita yang ngotot untuk mengadakan perubahan. Tetapi tujuan nya hanya untuk diri pribadi nya. atau kejayaan pribadi, keluarga, partai, atau paling jauh keturunan nya. sebagaian yang lain mungkin lebih obyektif. Ingin perubahan yang lebih mapan demi kebaikan orang banyak atau umum. Demi kemakmuran bersama, katanya. Berat di pikul bersama, ringan di jinjing bersama. Tetapi itu hanya sebatas kepentingan dunia. Contoh nya pembuatan KTP, SIM, PAJAK, AKTE KELAHIRAN, AKTE NIKAH dan lain sebagai nya. itu semuanya hanyalah kepentingan umum yang ada di dunia. Sedangkan kebaikan Tuhan mungkin menyimpang dari itu semua. Tetapi tujuanya jelas dan tegas untuk mengatur umat nya tidak bisa di ganggu gugat sudah tertulis pada firman yang telah baku dan di bukukan.

c.Kapan waktunya merubah:Itu semua tergantung kita sendiri baik ada tidak nya sang Raja/Ratu adil. Datang/tidak nya sang Raja/Ratu adil. Namun menurut pendapat saya: lebih cepat lebih baik. He he he.

Tapi itu semua hanya gambaran yang masih kliese belum merupakan foto sistem yang jelas karena memang masyarakat belum menerima kejelasan tersebut. Karena jelas tidak nya perubahan, mungkin tidak nya perubaha tentu ada pada kita sendiri.

Terimakasih kepada para kompasianer yang sudi membaca tulisan ini dan mau merungikan nya.

Salam

Syarief budi aji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun