Mohon tunggu...
Faris Muhammad Syariati
Faris Muhammad Syariati Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saat ini saya sedang menempuh pendidikan S2 di Salah satu Universitas Negeri di Seoul, Korea Selatan. Memiliki passion yang sangat besar dalam bidang teknologi informasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Bantuan dan Masukan

23 September 2014   16:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:50 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1411437407991730072

Anda pasti pernah meminta bantuan kepada orang lain dengan harapan orang tersebut dapat membantu anda memcahkan permasalahan yang anda hadapi.

Manusia pasti memiliki permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Atau, sebagian orang berpendapat bahwa Hidup itu sendiri adalah masalah. Namun yang ingin saya tekankan pada tulisan ini bukanlah bagaimana cara menghindari suatu permasalahan, melainkan bagaimana respon saat orang lain membutuhkan bantuan dari kita.

Ilustrasi di atas (some people just act like they are trying to help you) membuat saya memikirkan, apakah saya termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang seperti itu. Dilain sisi, kondisi ini sering sekali terjadi pada diri saya ketika saya meminta bantuan kepada orang lain (baik keluarga, kolega, atau teman).

Pertama mari kita bedakan apa pengertian dari help dan advice. Help secara harfiah berarti bantu. dalam konteks ini saya lebih mengartikan sebagai memohon uluran tangan, dimana pihak yang di harapkan memberikan uluran tangan dalam bentuk aksi yang nyata yang dapat meringankan beban pihak yang memohon. Anda bisa menerima, atau menolaknya. Sedangkan advice (saran) adalah sebuah bentuk informasi berupa masukan (boleh dilakukan/tidak) yang diberikan untuk memecahkan suatu permasalahan. Ketika orang meminta saran kepada orang lain, secara langsung bukan berarti ia meminta untuk turun langsung dalam permasalahannya.

Namun, antara help dan advice sering kali tercampur dan menjadi bentuk dari request dan response yang menghasilkan kondisi seperti ilustrasi di atas. Saya akan memberikan 2 contoh ilustrasi percakapan yang sering kita dengar pada kehidupan sehari-hari.

"A: Saya butuh rekomendasi dari untuk mengurus LOA (Letter or acceptance) dari Universitas B. Bisakah kamu memperkenalkan saya dengan salah satu professor di bidang ini". "B: Oh oke. kamu bisa masuk ke bagian administrasi di website universitas, kemudian temukan kolom people didalamnya. Nanti kamu bisa menemukan list professor disana, dan menemukan kontak mereka. setelah itu kamu email professornya, nanti mereka akan membalas email kamu". "A: ... oke terima kasih bantuannya". "B: sama-sama. senang bisa membantu".

Terjadi sebuah ketidak sinambungan antara ekspektasi dan realita bentuk bantuan dalam kasus ini. Menurut saya, jawaban yang di berikan B, lebih mengacu kepada arah prosedur untuk melakukan sesuatu, dan pada akhirnya subjek A, tidak mendapatkan apa yang ia inginkan yaitu diperkenalkan dengan professor yang ia inginkan. Seharusnya, subjek B, cukup berkata "Oke akan saya perkenalkan" atau "Maaf, untuk saat ini saya tidak bisa membantu".

Namun apakah hal ini suatu bentuk reaksi yang umum? Ya tentu saja.
Setiap individu pasti tidak ingin menempatkan diri nya sebagai pribadi yang tidak bermanfaat bagi orang lain. Namun terkadang, ada miskonsepsi didalam penempatan tersebut yang berubah menjadi sebuah benih kejengkelan (annoyance) atau dengan kata lain yang tadinya ingin membantu, malah ngejengkelin. Kalau anda pribadi yang perasa (seperti saya) mungkin ini menjadi kondisi yang tidak nyaman.

23 September 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun